Rabu 14 Oct 2020 13:06 WIB

Perkuat Pertanian, Jabar Kembangkan Umbi-Umbian

Pandemi menjadi momentum Pemda untuk membangkitkan sektor pertanian lokal

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Petani melakukan perawatan tanaman buah Tin atau Ara di kebun Pengembangan Pertanian Masa Depan, perumahan Griya Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, (ilustrasi).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petani melakukan perawatan tanaman buah Tin atau Ara di kebun Pengembangan Pertanian Masa Depan, perumahan Griya Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Ketika semua sektor terpukul pandemi, pertanian justru mengalami pertumbuhan.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja menyatakan, kondisi tersebut menjadi peluang Jabar untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Baca Juga

"Salah satu sektor yang positif (pertumbuhannya) adalah usaha di sektor pertanian. Situasi ini harus cepat kita tangkap," ujar Setiawan saat membuka Rapat Koordinasi Peluang Usaha Ekspor dan Subtitusi Impor Produk Tanaman Pangan Khususnya Porang di Kota Bandung, Selasa malam (13/10).

Setiawan mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi momentum Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar untuk membangkitkan sektor pertanian lokal. Melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar, kata dia, pihaknya intens mendorong semua pihak untuk memajukan sektor pertanian di Jabar. "Melakukan bisnis pertanian saat ini amat sangat tepat," katanya.

Menurut Setiawan, ada sejumlah faktor yang membuat pertanian mampu bertahan di tengah pandemi. Pertama, aktivitas pertanian masih dapat berjalan dengan baik meski protokol kesehatan diterapkan secara ketat. Kemudian, kebutuhan masyarakat akan pangan masih tinggi.

Kendati begitu, kata dia, ada tantangan yang harus dihadapi pelaku pertanian, yakni suplai dan permintaan. "Permintaannya tinggi, maka bagaimana sekarang suplai terjamin. Lalu, logistiknya seperti apa. Itu juga harus kita pikirkan," katanya.

Setiawan menjelaskan, porang (tanaman umbi-umbian) saat ini menjadi komoditas yang menjanjikan. Tidak hanya berpeluang menjadi komoditas ekspor, porang juga memiliki nilai jual tinggi. "Dulu porang ini dianggap makanan ular, tapi sekarang sudah tidak. Bahkan sudah banyak kisah sukses petani porang," katanya.

Keadaan tersebut, kata dia, menjadi peluang Jabar untuk mengembangkan porang. Apalagi masih banyak lahan subur di Jabar yang dapat dimanfaatkan untuk menanam porang.

"Kalau kita lihat skala budi daya Porang masih sifatnya individu bukan usaha besar-besaran. Maka, kita harus bergerak lebih," kata Setiawan.

Porang sendiri dikenal dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus Muelleri. Porang dapat digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, dan penjernih air.

"Kalau lihat khasiatnya, ini sangat banyak dan mungkin lebih dari ini. Kesempatan emas manfaatkan dengan baik. Harapannya, (budi daya porang) bisa menyerap tenaga kerja," papar Setiawan.

Sementara menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat, pihaknya akan mendorong budi daya porang di Jabar. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kita juga sedang merencanakan, Jabar harus bisa produksi benih porang. Tidak hanya untuk kecukupan Jabar, tapi juga untuk kebutuhan nasional dan internasional," imbuhnya.

Menurut Dadan, porang merupakan tanaman yang cocok ditanam pada musim hujan. Ia menyatakan, kolaborasi semua pihak merupakan kunci untuk membudidayakan porang.

"Kolaborasi lahan dari kehutanan, Porang dari dinas pertanian. Kita hadir bersama dari satu keinginan, yakni meningkatkan peluang usaha ekspor porang dari Jawa Barat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement