Rabu 14 Oct 2020 10:21 WIB

Mahasiswa Unpad Buat Plastik dari Pati Singkong

Plastik bisa digunakan untuk pemulasaran jenazah covid-19.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menggunakan pakaian hazmat dan alat pelindung diri saat melakukan proses kremasi jenazah pasien COVID-19 di Krematorium Sagraha Mandra Kantha Santhi, Desa Bebalang, Bangli, Bali, Sabtu (10/10/2020). Sejak bulan Mei hingga Oktober 2020 jenazah pasien COVID-19 di seluruh Bali sebagian besar dikremasi di krematorium tersebut sehingga tidak memerlukan lahan pemakaman.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas menggunakan pakaian hazmat dan alat pelindung diri saat melakukan proses kremasi jenazah pasien COVID-19 di Krematorium Sagraha Mandra Kantha Santhi, Desa Bebalang, Bangli, Bali, Sabtu (10/10/2020). Sejak bulan Mei hingga Oktober 2020 jenazah pasien COVID-19 di seluruh Bali sebagian besar dikremasi di krematorium tersebut sehingga tidak memerlukan lahan pemakaman.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tiga orang mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad) berhasil menciptakan plastik ramah lingkungan (biodegradable) berbahan pati singkong. Plastik yang dapat digunakan untuk pemulasaraan jenazah positif covid-19.

Gagasan mereka berhasil meraih juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Online Tingkat Nasional 2020 kategori Agrokompleks yang digelar Universitas Brawijaya September lalu.

Baca Juga

Diketahui, proses pemulasaraan jenazah positif covid-19 harus menerapkan standar protokol ketat. Salah satunya, membungkus dengan plastik agar tidak keluar cairan dari jenazah. Penggunaan plastik yang belum ramah lingkungan ini menjadi salah satu permasalahan karena baru dapat terurai paling cepat 100 tahun.

Ketiga mahasiswa Fakultas Farmasi Unpad tersebut yaitu Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa. Salah seorang penggagas plastik berbahan pati singkong, Adira mengatakan plastik berbahan pati singkong relatif bagus dan mudah kembali terurai.

"Plastik pati singkong akan terurai dalam waktu 12 hari untuk ukuran 1 milimeter," ujarnya seperti dikutip dari laman unpad.ac.id, Rabu (14/10).

Ia menjelaskan jika penggunaan plastik untuk membungkus jenazah positif covid-19 adalah 2 meter persegi, maka waktu yang diperlukan untuk terurai di tanah hanya 6 bulan. Katanya, pembuatan plastik berbahan pati singkong untuk pemulasaraan atau membungkus jenazah covid-19 relatif sama dengan pembuatan plastik ramah lingkungan lainnya.

"Pati singkong dicampur dengan sejumlah komposisi kitosan sebagai plasticizer. Campuran kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga menjadi tercampur dan cair," katanya.

Ia mengatakan, cairan tersebut dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Selanjutnya, katanya material  didinginkan oleh desikator dan dibiarkan sampai terbentuk film plastiknya.

Menurutnya, produk plastik ramah lingkungan berbahan pati singkong di Indonesia sudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, plastik tersebut rata-rata rapuh dan mudah sobek. Sehingga dalam produknya, ia menambahkan zat tambahan untuk menutupi kelemahan plastik ramah lingkungan tersebut dan agar lebih kuat.

"Zat tambahan yang digunakan dalam komposisi kitosan antara lain gliserol, sorbitol, aloe vera, dan minyak kayu manis," katanya

Ia berharap gagasannya dapat dilakukan pengujian lebih jauh di laboratorium sehingga dapat berkontribusi kepada pengurangan kerusakan lingkungan. “Harapan kami tentunya bisa dilakukan penelitian lebih lanjut dan bisa diimplementasikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement