Rabu 14 Oct 2020 06:40 WIB

Ritel Tetap Tertekan Meski PSBB Transisi Diberlakukan

Sebagian besar masyarakat masih ragu dan berhati-hati dengan situasi saat ini.

Rep: adinda pryanka/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung berbelanja di salah satu gerai di Kuningan City, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Sejumlah pelaku usaha ritel menyelenggarakan Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) menyambut perayaan HUT Kemerdekaan RI yang dimulai pada tanggal 14-30 Agustus 2020.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pengunjung berbelanja di salah satu gerai di Kuningan City, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Sejumlah pelaku usaha ritel menyelenggarakan Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) menyambut perayaan HUT Kemerdekaan RI yang dimulai pada tanggal 14-30 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Senior Associate Director Retail Services Colliers International Indonesia Sander Halsema menilai, pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta tidak akan berdampak signifikan terhadap ritel. Khususnya terkait tingkat kunjungan konsumen ke pusat ritel.

Dengan pemberlakuan PSBB transisi, beberapa orang diperkirakan kembali mendatangi tempat ritel. Tapi, Sander menyebutkan, sebagian besar masyarakat masih memiliki keraguan untuk keluar mengunjungi tempat umum dan tetap berhati-hati dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Akan ada sedikit peningkatan dalam aktivitas ke mal-mal besar seperti saat PSBB transisi pertama, tapi Colliers memperkirakan, peningkatan ini terjadinya bertahap dari waktu ke waktu," katanya, dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Selasa (13/10). 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan PSBB transisi selama dua pekan, yaitu dari 12 Oktober hingga 25 Oktober. Dalam kebijakan ini, pusat perbelanjaan, restoran maupun toko-toko ritel lain dibuka untuk umum dengan pembatasan pengunjung 50 persen dari total kapasitas.

Sander mengakui, pandemi Covid-19 sudah memberikan dampak terlalu dalam terhadap ritel. Pandangan yang tidak pasti mengenai pandemi Covid-19 telah menyebabkan penjualan ritel menurun dan resesi kemungkinan besar akan semakin mempercepat penurunan ini.

Resesi menyebabkan konsumen memperketat prioritas dan mengurangi pengeluaran secara keseluruhan yang berimbas negatif ke pasar ritel. Meski tiap konsumen memiliki respons dan kebiasaan belanja yang berbeda selama periode ini, Sander menekankan, penting bagi retailer  memahami pelanggan mereka agar bisa bertahan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ritel adalah memanfaatkan penjualan daring dan mengintegrasikannya dengan teknologi. Karena ada peningkatan pada belanja daring, Colliers melihat beberapa retailer menggunakan data yang dapat dipakai untuk meningkatkan bisnis dan membuat inovasi produk mereka atau Stock Keeping Unit (SKU).

Sander memberikan contoh, salah satu gerai kopi terkenal di Indonesia yang kini menggunakan data science untuk menentukan lokasi gerai baru. Mereka memaksimalkan teknologi untuk menganalisis kebiasaan masyarakat saat pandemi.

Semula, mayoritas toko dibuka di kawasan CBD dan kawasan padat penduduk lainnya di mana ramai tempat orang bekerja dan menghabiskan hari mereka. Sekarang, dengan adanya pandemi, kebanyakan orang harus Working From home (WFH). Mereka tidak memiliki banyak pilihan gerai kopi.

Berdasarkan data yang dihasilkan dari aplikasi tersebut, gerai kopi ini dapat mengetahui area mana yang paling banyak melakukan pemesanan.  "Mereka kemudian menggunakan data tersebut untuk membuat pemetaan guna menentukan tempat yang tepat untuk membuka toko baru," kata Sander.

Selain itu, gerai kopi tersebut juga memperkenalkan produk baru berdasarkan masukan dari pelanggan. Sebagai contoh, Sander menjelaskan, dengan mengenalkan konsep satu liter kopi untuk memenuhi permintaan orang-orang yang bekerja dari rumah dan ingin langsung memesan kopi dalam jumlah banyak.

Dalam situasi ini, Colliers melihat bagaimana pertumbuhan belanja daring, teknologi, dan retailer luring dapat diintegrasikan untuk meningkatkan penjualan. Sander menuturkan, hal ini menunjukkan bahwa masih ada peluang yang dapat dimanfaatkan baik oleh penyewa maupun landlord ritel."Colliers melihat adanya potensi dan inovasi yang tak terbatas di sektor ritel dalam waktu dekat," ucap Sander.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement