Selasa 13 Oct 2020 17:10 WIB

Holding Tambang Akan Bangun Dua Pabrik Baterai

Dua pabrik ini akan digarap tiga BUMN bersama para mitra.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak (tengah). Holding BUMN Tambang, MIND ID, berencana akan mengerjakan dua proyek hilirisasi nikel dalam beberapa waktu ke depan.
Foto: Intan Pratiwi/Republika
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak (tengah). Holding BUMN Tambang, MIND ID, berencana akan mengerjakan dua proyek hilirisasi nikel dalam beberapa waktu ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN Tambang, MIND ID, berencana akan mengerjakan dua proyek hilirisasi nikel dalam beberapa waktu ke depan. Dua proyek tersebut antara lain untuk pabrik pengolahan hasil feronikel dan baterai.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, dua proyek besar ini akan dikerjakan bersama sama antara PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dua proyek besar ini memiliki nilai investasi 12 miliar dolar AS.

Baca Juga

MIND ID dan Antam akan menangani sektor hulu tambang, kemudian produk tengah (intermediate) hingga ke hilir akan dikelola oleh Pertamina dan PLN. "Saat ini ketiga BUMN tersebut sedang menyusun skema pembentukan holding PT Indonesia Batterai," ujar Orias dalam diskusi daring Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Selasa (13/10).

Menurut Orias, holding Indonesia Batterai tersebut nantinya akan menggandeng mitra dan membentuk perusahaan patungan atau Joint Venture (JV). Ada dua proyek hilirisasi nikel menjadi baterai yang akan dikerjakan konsorsium tersebut. Proyek tersebut rencananya akan terintegrasi dari hulu sampai hilir dengan memenuhi rantai nilai industri domestik.

Saat ini, ada dua calon mitra yang sudah dijajaki, yakni perusahan dari China dan Korea Selatan. Meski belum membuka identitas perusahaan yang dimaksud, Orias membocorkan bahwa nilai investasi dari hulu hingga hilir untuk kedua proyek baterai tersebut mencapai sekitar 12 miliar dolar AS.

"Investasinya sekitar 12 miliar dolar AS, ada yang 5 miliar dolar AS, ada yang 7 milair dolar AS, tergantung size. Sedang dibicarakan, mudah-mudahan bisa segera tercapai," kata Orias.

Orias menyebut, sumber pendanaan kedua proyek tersebut akan dipenuhi melalui ekuitas para pemegang saham serta dari pinjaman perbankan. Dia berharap, ada perbankan domestik yang mau ikut mendanai proyek tersebut. Sebab jika tidak, maka pendanaan terpaksa akan ditutupi dari pinjaman global.

"Kalau pinjaman dari luar negeri, nanti jadi isu lain lagi kalau terlalu sering pinjam ke luar negeri," kata Orias.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement