Selasa 13 Oct 2020 14:46 WIB

Armenia: Ada 673 Ranjau Dijinakkan di Nagorno Karabakh

Armenia sebut ada ratusan ranjau dan bom yang belum meledak di Nagorno Karabakh

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Armenia pada 04 Oktober 2020 di instagram resminya menunjukkan tentara Armenia yang diduga selama bentrokan militer dengan tentara Azeri di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN DEFENCE MINISTRY
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Armenia pada 04 Oktober 2020 di instagram resminya menunjukkan tentara Armenia yang diduga selama bentrokan militer dengan tentara Azeri di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN - Spesialis pertambangan dari State Service of Emergency Situations of Artsakh terus bekerja untuk menemukan dan menetralkan ranjau dan bom yang belum meledak di Artsakh atau Nagorno Karabakh. Seperti diinformasikan oleh Armen Press, terdapat 673 rudal, bom, dan bahan peledak lain.

Bahan peledak itu merupakan klaster produksi Turki dan Israel. Atas instruksi Kepala Dinas Negara Kolonel Karen Sargsyan, amunisi yang tidak meledak telah dibawa keluar dari Stepanakert dan dinetralkan di zona aman.

Baca Juga

Sebelumnya kedua belah pihak Azerbaijan dan Armenia saling menyalahkan atas serangan terbaru usai gencatan senjata di wilayah Artsakh atau Nagorno Karabakh. Pembela Hak Asasi Manusia Artakh Artak Beglaryan mengatakan sekurangnya 31 warga sipil tewas di wilayah yang diperebutkan itu akibat serangan Azerbaijan.

"Dalam beberapa hari terakhir tiga warga sipil meninggal di rumah sakit," tulis Beglaryan di Twitternya dikutip laman Armen Press.

Ia juga menyebut menurut informasi terbaru akibat pengeboman Azerbaijan beberapa hari sebelumnya, tiga warga sipil lainnya tewas. "Mereka meninggal pada hari yang berbeda, tetapi kami dapat mengklarifikasi informasinya sekarang. Mereka terbunuh akibat pengeboman atau serangan rudal," kata Beglaryan.

Dia juga menambahkan bahwa nama-nama korban akan dipublikasikan beberapa saat kemudian. Jumlah total korban sipil di Artsakh setidaknya 31, kata dia. Pengeboman Azerbaijan juga menewaskan empat warga sipil di Republik Armenia.

Sementara itu, pihak Azerbaijan mengeklaim bahwa 10 orang warga sipil di Ganja City telah tewas akibat serangan Armenia. Kepala Kantor Jaksa Penuntut Umum Azerbaijan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa satu lagi warga sipil telah menyerah pada luka mereka setelah serangan sekitar pukul 02.00 waktu setempat pada Ahad yang melanggar gencatan senjata tentatif antara kedua belah pihak.

"Kami sangat menyesal menginformasikan bahwa pada 12 Oktober, salah satu korban luka, Aliyeva Gunay Zahid, lahir pada 1992, meninggal di rumah sakit tempat dia menerima perawatan. Saat ini, warga sipil yang terluka lainnya sedang menjalani perawatan rawat inap," kata polisi. pernyataan tertulis dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (13/10).

Sebelumnya, jaksa penuntut mengumumkan bahwa sebagai akibat dari serangan tentara Armenia di Ganja atau wilayah yang terletak di luar garis depan, dalam waktu 24 jam setelah gencatan senjata sedikitnya sembilan orang termasuk empat wanita tewas dan 35 lainnya terluka.

Akibat roket yang ditembakkan ke gedung-gedung apartemen di bagian tengah kota, lebih dari 10 gedung apartemen dan lebih dari 100 fasilitas rusak parah. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev bersumpah akan melakukan "pembalasan yang sesuai" terhadap serangan Armenia. Aliyev menyatakan serangan baru-baru ini adalah kejahatan perang dan pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa.

"Ini adalah penghinaan terhadap negosiasi di bawah mediasi Rusia dan perwujudan lain dari fasisme Armenia. Tindakan keji ini tidak akan pernah bisa mematahkan keinginan rakyat Azerbaijan!" dia berjanji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement