Selasa 13 Oct 2020 12:57 WIB

Sebaran Covid-19 dari Klaster Keluarga di Bandung Menurun

Masih terdapat warga yang terpapar Covid-19 dari klaster keluarga dan dikarantina.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung melakukan penyemprotan disinfektan menggunakan mobil gunner spraying di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung melakukan penyemprotan disinfektan menggunakan mobil gunner spraying di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengklaim penyebaran Covid-19 pada klaster keluarga di Bandung yang sempat mengalami kenaikan kini mulai menurun. Berdasarkan data yang dihimpun, penurunan sebaran Covid-19 klaster keluarga sebesar 20,5 persen dari total awal 33 persen.

"Sekarang klaster keluarga itu sudah berkurang, karena waktu itu memang kita lakukan tracing terus lalu ditindaklanjuti dengan karantina. Terakhir itu keluarga 20,5 persen, turun dari 33 persen," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita, Selasa (13/10).

Ia melanjutkan, masih terdapat warga yang terpapar Covid-19 dari klaster keluarga dan masih melakukan karantina di tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah Kota Bandung. Menurutnya, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga diri agar tidak tertular.

"Masih, yang sisa-sisa masih dilakukan dan sudah langsung karantina. Jadi memang klaster keluarga sudah agak menurun, kita selalu pantau dan memberikan informasi," katanya.

 

Rita menambahkan, total kematian akibat positif Covid-19 di Kota Bandung hingga Senin (12/10) mencapai 66 orang. Terkait perubahan status zona merah kembali ke zona oranye, ia mengatakan terdapat 15 indikator yang harus dipenuhi.

"15 indikator dari zona merah ke zona oranye dengan penilaian pembobotan tertentu mereka ada penghitungannya tertentu. Kan kita lapor tiap hari ke dinkes provinsi, rutin per hari. Semuanya dilaporkan, pokoknya lengkap lah laporan kita ke provinsi mah," katanya.

Ia melanjutkan, pihaknya akan melakukan uji usap secara masif kepada tenaga kesehatan yang saat ini sudah mendaftar secara manual sebanyak 7.400 orang dan online serentak 4 ribu lebih. Menurutnya, diperkirakan jumlah pendaftar mencapai kurang lebih 10 ribu lebih.

"Itu kayanya belum semuanya didaftarkan secara manual oleh rumah sakitnya. Jadi ada yg masih nambah gitu, misalnya RS A awalnya 80 jadi nambah lagi, gitu," ujar dia.

Menurutnya, para tenaga kesehatan yang berasal dari rumah sakit yang memiliki laboratorium sudah melakukan uji usap. Katanya, belum terdapat jumlah tenaga kesehatan yang sudah diuji usap dari 10 ribu lebih yang mendaftar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement