REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah strategi literasi bisa diterapkan dalam masa penawaran Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS). General Manager Penghimpunan Wakaf Dompet Dhuafa, Bobby Manulang menyampaikan literasi wakaf masih sangat rendah sehingga perlu strategi khusus untuk memasyarakatkan CWLS.
"Pengetahuan soal wakaf sangat minim dan mindset soal wakaf masih seputar membangun masjid, madrasah dan tanah makam," katanya pada Republika.co.id, Senin (12/10).
Semua pihak punya peran untuk menyampaikan edukasi dan sosialisasi terkait CWLS karena produk ini multidimensi. Ia menggabungkan instrumen fiskal negara dengan instrumen sosial syariah.
Bobby mengatakan strateginya harus memanfaatkan frontliner perbankan untuk menjelaskan produk ini. Dengan memberikan penekanan terhadap aspek manfaat penyaluran kuponnya kepada proyek kemanusiaan.
Kemudian, program ini juga harus menjadi bagian program kerja dari Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Agar bisa mengakses ke seluruh penyuluh keagamaan dan menyebarkannya ke seluruh Indonesia.
Terakhir, banking channel harus dioptimalkan sebagai sarana komunikasi. Seperti melalui notifikasi-notifikasi yang mungkin disebarkan via mobile banking ataupun transaksi via ATM.
"Dan yang tidak kalah penting, nadzir juga berperan aktif dalam program kampanye kemanusiaannya dengan memunculkan relevansi yang kuat atas program CWLS ini," katanya.
Dompet Dhuafa sendiri bekerja sama dengan BNI Syariah untuk program penyaluran kupon CWLS. Khusus untuk DD, nilai manfaat dari kupon tersebut akan disalurkan untuk program Khadijah Learning Center, kebutuhan layanan kesehatan Covid-19, dan program ketahanan pangan.
Ia optimistis CWLS ritel akan terus berkembang di masyarakat. Saat ini CWLS seri SWR001 melibatkan empat bank syariah, Bobby menyampaikan, tidak menutup kemungkinan Kementerian Keuangan akan melibatkan sekuritas dan juga fintech di masa depan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
