Senin 12 Oct 2020 16:46 WIB

UGM Harap Pendeteksi Covid-19 Genose Diproduksi November

Saat ini uji diagnosis pendeteksi Covid-19 lewat embusan Genose masih dilakukan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) berharap teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas, Genose, sudah mulai diproduksi secara massal pada November 2020 nanti. Teknologi ini disebut dapat mendeteksi Covid-19 dalam 80 detik.

Peneliti Genose, Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, saat ini uji diagnosis Genose masih dilakukan. Uji diagnosis ini dilakukan di sembilan rumah sakit.

"Kalau surat kelayakan uji fungsi dari alat ini sudah keluar dan komite etik sudah oke, pertengahan November (2020) sudah bisa mulai mass production," kata Dian usai bertemu dengan Gubernur DIY di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (12/10).

Sebelum itu, pihaknya harus mempresentasikan teknologi ini kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), usai uji diagnosis selesai dilakukan. Jika hasilnya akurat, maka Kemenkes akan mengeluarkan izin edar agar dapat diproduksi massal.

Walaupun begitu, pihaknya masih kesulitan terkait penyediaan plastik dalam uji diagnosis yang dilakukan saat ini. Sebab, plastik pembungkus embusan nafas pasien masih menggunakan jenis plastik yang dijual di pasaran dengan kisaran harga Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu.

"Tapi kami sudah ada kerja sama dengan mitra bisnis yang bisa mendesain dan membuat plastik yang sesuai kriteria kami. Harganya hanya Rp 10 ribu per plastik, apalagi limbah plastiknya bisa didaur ulang," jelas Dian.

Ia menjelaskan, Genose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena ada infeksi Covid-19. VOC keluar bersama nafas lewat embusan nafas ke dalam kantung khusus.

Rektor UGM, Panut Mulyono mengatakan, pihaknya meminta dukungan kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sehingga, diharapkan teknologi Genose tersebut dapat segera diedarkan ke masyarakat luas.

"Alat ini sekarang dalam proses untuk uji klinis, uji diagnosis dan menunggu izin edar dari Kemenkes. Kami juga mohon doa restu dan dukungan Gubernur DIY agar alat ini bisa cepat beredar di masyarakat," kata Panut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement