Senin 12 Oct 2020 16:36 WIB

Kekerasan ke Wartawan, MUI: Jurnalis untuk Majukan Bangsa

Tindakan represif itu mengingatkan pada masa penjajahan Belanda. 

Rep: muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
 KH Cholil Nafis
Foto: Republika/Putra M. Akbar
KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis berharap, polisi tidak melakukan kekerasan terhadap para jurnalis di setiap aksi unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Kerja. Karena, menurut dia, profesi jurnalis juga untuk memajukan bangsa. 

"Saya berharap polisi bisa menahan diri dan bisa memilah mana profesi untuk memajukan bangsa dan mana yang pembuat onar dan membawa kerusuhan," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Senin (12/10). 

Karena itu, dia pun meminta, agar pihak berwenang mengusut tuntas oknum polisi yang menyalahgunakan tugas di lapangan. Baik yang melakukan tindakan kekerasan terhadap jurnalis maupun kepada para demonstran. 

"Karena, saya yang dengar juga dari Pak Kapolri agar tidak melakukan kekerasan kepada demonstran. Apalagi, kepada juru tulis berita yang itu sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa," ucap Kiai Cholil. 

"Saya berharap segera diusut dan tidak terulang lagi di lapangan," imbuhnya. 

Sementara itu, Sekjen MUI Anwar Abbas sebelumnya juga mengecam perilaku represif dari oknum Polisi kepada sejumlah peserta demo dan juga jurnalis pada aksi unjuk rasa, baru-baru ini. Tindakan represif itu mengingatkannya pada masa penjajahan Belanda. 

"Cara-cara yang dilakukan oleh sejumlah oknum Polisi yang memperlakukan rakyat dengan semena-mena pada demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja,  mengingatkan saya kepada masa penjajahan Belanda," kata Anwar.

Di mana penjajah Belanda, kata dia, dengan beringas, kasar, serta dengan tidak mengenal rasa perikemanusiaan sedikit pun memukul menendang dan menginjak-injak orang pribumi yang menentang dan memprotes kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Menurutnya, tindakan tersebut dilakukan tentu tujuannya adalah untuk membungkam kelompok pribumi agar cengkraman kekuasaan sebagai penjajah di negeri ini semakin lebih kuat lagi.

"Tapi kalau yang melakukan hal seperti itu adalah oknum Polisi yang setiap bulannya kita bayar gajinya dengan uang rakyat, pertanyaan saya adalag ke mana nasionalisme dan hati nurani mereka?" ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement