Senin 12 Oct 2020 16:27 WIB

Studi: Virus Corona Bertahan 28 Hari di Permukaan Benda

Uang kertas dapat jadi tempat bernaung virus corona selama lebih dari 21 hari

Rep: Fergi Nadira/Rizky Surya/ Red: Christiyaningsih
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE - Para peneliti di Australia mengatakan virus yang menyebabkan Covid-19 dapat bertahan hidup dengan uang kertas, kaca, dan baja tahan karat hingga 28 hari. Ketahanan hidup iini jauh lebih lama dari pada virus flu biasa. Karenanya para peneliti menyoroti perlunya pembersihan dan cuci tangan untuk memerangi virus.

Para peneliti di lembaga sains nasional Australia CSIRO menemukan bahwa pada suhu 20 derajat Celcius virus SARS-COV-2 tetap menular selama 28 hari di permukaan yang halus. Permukaan itu diklasifikasikan seperti uang kertas plastik dan kaca yang ditemukan di layar ponsel.

Baca Juga

Studi tersebut dipublikasikan di Virology Journal. Sebagai perbandingan, virus Influenza A ditemukan bertahan di permukaan selama 17 hari.

Penelitian CSIRO melibatkan pengeringan virus dalam lendir buatan pada berbagai permukaan dengan konsentrasi yang mirip dengan sampel dari pasien Covid-19 dan kemudian mengekstraksi virus setelah sebulan. Eksperimen yang dilakukan di lingkungan laboratorium terkontrol pada suhu 20, 30, dan 40 derajat Celcius menunjukkan bahwa waktu bertahan hidup menurun seiring dengan peningkatan suhu.

 

Hal ini membuat para ilmuwan mengetahui suhu 40 derajat Celcius memungkinkan virus bertahan kurang dari 16 jam pada kapas dan selama 24-48 jam pada kaca, baja, kertas ,dan vinil. Ketika suhu diturunkan hingga 30 derajat, kapas dapat mengawetkan virus selama tiga hari.

Uang kertas dapat jadi tempat bernaung virus selama lebih dari 21 hari. Bahkan di bawah suhu 20 derajat Celcius, virus mampu bertahan di uang kertas hingga sebulan. Dilansir Sputnik, CSIRO mendapati virus corona dapat bertahan dalam partikel di udara selama lebih dari tiga jam.

"Menentukan berapa lama virus benar-benar bertahan di permukaan memungkinkan kami untuk memprediksi dan mengurangi penyebarannya secara lebih akurat dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam melindungi orang-orang kami," kata Kepala Eksekutif CSIRO Larry Marshall dalam sebuah pernyataan dikutip laman Channel News Asia, Senin (12/10).

Protein dan lemak dalam cairan tubuh juga dapat meningkatkan waktu kelangsungan hidup virus secara tajam. "Penelitian ini juga dapat membantu menjelaskan persistensi yang nyata dan penyebaran SARS-CoV-2 di lingkungan sejuk dengan kontaminasi lipid atau protein tinggi, seperti fasilitas pemrosesan daging, dan bagaimana kita dapat mengatasi risiko itu dengan lebih baik," kata Trevor Drew, Direktur Pusat Kesiapsiagaan Penyakit Australia CSIRO.

Australia bernasib jauh lebih baik daripada kebanyakan negara kaya lainnya dalam memerangi Covid-19. Australia mencatat total sekitar 27 ribu infeksi dan 898 kematian dalam populasi 25 juta.

Episentrum gelombang kedua infeksi di negara itu, negara bagian Victoria, melaporkan 15 kasus baru pada Senin (12/10). Angka itu jauh di bawah target kurang dari lima yang telah ditetapkan pemerintah untuk pelonggaran lockdown atau karantina wilayah keras di ibu kota negara bagian Melbourne.

New South Wales, negara bagian terpadat, melaporkan enam kasus baru pada Senin. Sebanyak lima di antaranya adalah pelancong yang dipulangkan di karantina.

Penelitian di Australia Ungkap Daya Tahan Covid-19 di Permukaan Benda

Badan Ilmu Pengetahuan Nasional Australia (CSIRO) dalam penelitian terbaru menemukan virus COVID-19 dapat bertahan di permukaan yang berbeda selama sekitar satu bulan. Hal ini membuat kebutuhan akan tindakan  mencuci tangan dan sanitasi menjadi lebih penting.

Dilansir dari Sputnik pada Senin (12/10), CSIRO menyebutkan virus COVID-19 mampu bertahan lebih lama pada permukaan yang halus dan suhu dingin, khususnya pada uang kertas, kaca dan baja. Ketiga benda itu diuji sebagai bahan yang cocok untuk kelangsungan hidup virus.  Proses pengujian dilakukan di laboratorium yang berarti beberapa faktor, termasuk pencahayaan UV, tidak terlibat dalam penelitian.

"Data yang disajikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 yang menular dapat dihilangkan dari permukaan yang tidak berpori selama setidaknya 28 hari pada suhu dan kelembaban sekitar (20 ° C dan 50% RH)," tulis hasil penelitian itu.

“Meningkatkan suhu sambil menjaga kelembapan secara drastis mengurangi kelangsungan hidup virus hingga hanya 24 jam pada suhu 40 ° C,” lanjut bunyi hasil penelitian.

Tim di balik penelitian tersebut menjelaskan bahwa hasil tersebut dapat membantu para ilmuwan untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mengurangi penyebaran virus. Rizky Surya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement