Senin 12 Oct 2020 15:44 WIB

Islamnya Warga Prancis Usai Disandera Jihadis Picu Polemik

Relawan Prancis yang sempat ditahan jihadis Mali menyatakan masuk Islam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Relawan Prancis, Sophie Petronin, yang sempat ditahan jihadis Mali menyatakan masuk Islam.
Foto: Dok Istimewa
Relawan Prancis, Sophie Petronin, yang sempat ditahan jihadis Mali menyatakan masuk Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, MALI – Dibebaskannya Sophie Petronin, pekerja atau relawan kemanusiaan berusia 75 tahun, serta dua warga negara Italia dan seorang politisi Mali terkemuka, setelah ditahan Kelompok Dukungan untuk Islam dan Muslim (GSIM), yang berafiliasi dengan Alqaeda, Kamis lalu, memicu polemik di publik Prancis.   

Di Prancis yang sangat sekuler, fakta bahwa dia memeluk agama para penculiknya telah memicu kontroversi di dunia maya, terutama di kalangan sayap kanan.

Baca Juga

Mantan calon presiden Marine Le Pen, misalnya, menulis di Twitter: “Tentara kami telah bertempur di Mali selama bertahun-tahun. Beberapa rekan mereka tewas dalam aksi. Kita seharusnya tidak pernah berkompromi dengan Islamisme dan membiarkan pembebasan para jihadis, dengan risiko semakin mengekspos pasukan kita yang sudah terpukul keras."    

Setelah dibebaskan pada Kamis lalu, Petronin Sophie menyatakan bahwa dia akan berdoa untuk Mali, untuk memohon berkah dan rahmat Allah karena dirinya seorang Muslim.

"Kalian mengatakan Sophie, tetapi Mariam yang kalian miliki di depan kalian, saya akan pergi ke Prancis, Swiss dan kemudian saya akan kembali untuk melihat apa yang terjadi di sini (di Mali)," kata Petronin yang berusia 75 tahun. Dilansir dari 5 Pillars Uk, Senin (12/10).

Petronin mengatakan dia telah diperlakukan dengan cukup baik selama di penangkaran di Mali Utara, Afrika Barat. "Saya bertahan, saya banyak berdoa karena saya punya banyak waktu," kata Petronin kepada wartawan di kedutaan Prancis di Bamako, sembari menambahkan, "Saya mengubah penahanan menjadi jalan spiritual, jika orang bisa mengatakan itu," jelasnya. 

Petronin mengatakan kepada penyiar Prancis bahwa dia ingin kembali ke Kota Gao di Mali Utara untuk melihat anak-anak yang dia bantu sebelum dia diculik.

"Saya membuat komitmen untuk anak-anak. Selama empat tahun saya tidak melihat bagaimana program itu bekerja," katanya merujuk pada pekerjaannya dengan anak-anak yatim piatu dan kurang gizi.

"Saya akan pergi ke Prancis, ke Swiss, dan kemudian saya akan kembali untuk melihat apa yang terjadi di sini," ujarnya.

Selama penahanannya, Petronin mengatakan dia diizinkan untuk mendengarkan radio, dan pengawalnya berbagi pesan dan video dengannya, termasuk satu dari putranya.

Pada Jumat dia mendarat di Paris dan diterima Presiden Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri, Jean-Yves Le Drian. Tetapi konferensi pers bersama yang direncanakan ditinggalkan tanpa penjelasan. Petronin telah tinggal di Mali sejak 2001 di mana dia telah menjalankan kegiatan memberikan bantuan kepada anak-anak.

Pembebasannya diperkirakan adalah bagian dari kesepakatan di mana pemerintah Mali membebaskan beberapa tahanan, yang dicurigai sebagai pejuang Islam, untuk menjamin pembebasan sandera Eropa dan khususnya Soumaila Cisse, seorang politikus penting di Mali.

Tidak segera diketahui apakah tebusan telah dibayarkan, meskipun kelompok anti-pemerintah telah lama mendanai operasi mereka.

Macron mengungkapkan kegembiraan dan kelegaannya atas pembebasan sandera, berterima kasih kepada otoritas Mali dan berjanji bahwa militer Prancis akan melanjutkan perangnya melawan terorisme di wilayah Afrika Barat. Fuji E Permana

Sumber: https://5pillarsuk.com/2020/10/10/france-in-shock-as-freed-hostage-reveals-she-converted-to-islam/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement