Senin 12 Oct 2020 14:36 WIB

Kemenperin Dorong Industri Batik Manfaatkan Teknologi

Pemanfaatan teknologi diharapkan mendongkrak produktivitas dan kualitas batik.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Nurohmat menjemur kain batik motif virus corona di Omah Kreatif Dongaji, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Senin (12/10). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri batik dan kerajinan agar dapat ikut memanfaatkan teknologi modern.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Nurohmat menjemur kain batik motif virus corona di Omah Kreatif Dongaji, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Senin (12/10). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri batik dan kerajinan agar dapat ikut memanfaatkan teknologi modern.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri batik dan kerajinan agar dapat ikut memanfaatkan teknologi modern. Tujuannya untuk mendongkrak produktivitas dan kualitas secara lebih efisien.

Hal itu sesuai implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0. “Dengan proses produksi yang inovatif, efektif dan efisien, menjadikan pelaku industri selalu melakukan kreasi tiada henti, sehingga produktivitasnya akan meningkat dan akhirnya juga daya saingnya turut terdongkrak,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi melalui keterangan resmi, Senin (12/10).

Menurutnya, perkembangan teknologi yang semakin cepat, terutama dengan adanya revolusi industri 4.0, telah membawa perubahan luar biasa bagi sektor dunia usaha. “Teknologi telah menyentuh berbagai bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia, termasuk pula dalam menyikapi pembuatan produk seperti pada kerajinan dan batik,” jelas dia. 

Ia mengatakan, tidak bisa dipungkiri setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktivitas. Berbagai jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin otomatis dan teknologi modern.

“Meski begitu, kehadiran dan peran teknologi tidaklah mungkin menggantikan peranan manusia secara keseluruhan,” tegas Doddy. Sentuhan teknologi tersebut hendaknya tidak akan membuat suatu nilai budaya yang ada dalam produk kerajinan dan batik itu menjadi luntur, hilang, atau tergantikan.

“Jika teknologi yang digunakan dapat bersinergi dengan budaya lokal, maka penerapan teknologi tersebut akan memberikan dampak sangat positif. Tentunya kinerja industri akan meningkat dan budaya lokal tetap terjaga,” kata dia. 

Maka kearifan memadukan pada kemajuan teknologi di era industri 4.0 dengan keberlanjutan budaya bangsa diharapkan memberi nilai tambah produk kerajinan dan batik nasional yang basisnya adalah keterampilan keempuan (craftmanship). “Semua ini mempunyai tujuan agar industri kerajinan dan batik yang berbasis budaya lokal  akan  tetap  berjaya di negeri sendiri, tak lekang oleh perubahan zaman,” jelas Doddy.

Di sisi lain, kata dia, tentu semua upaya tersebut tidak akan mengabaikan terhadap isu lingkungan. Dalam hal ini, sektor industri kerajinan dan batik hendaknya menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, seperti bahan-bahan yang berasal dari sumber alam terbarukan.

“Guna mencapai sasaran-sasaran tersebut, beberapa waktu lalu, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta selaku unit kerja di bawa binaan BPPI, telah menyelenggarakan Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) II tahun 2020. Hal itu dengan mengusung tema Peran Teknologi 4.0 dalam Pengembangan Industri Batik dan Kerajinan,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement