Ahad 11 Oct 2020 05:58 WIB

Sejarah Panjang Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Masjid Raya Baiturrahman sempat dibakar dan direnovasi berkali-kali

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Seorang warga berjalan di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Ahad (5/4/2020). Objek wisata religi Masjid Raya Baiturrahman yang juga merupakan salah situs sejarah itu sepi pengunjung pada hari libur dampak dari pandemi Corona Virus (COVID-19)
Foto: ANTARA/Ampelsa
Seorang warga berjalan di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Ahad (5/4/2020). Objek wisata religi Masjid Raya Baiturrahman yang juga merupakan salah situs sejarah itu sepi pengunjung pada hari libur dampak dari pandemi Corona Virus (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hampir 150 tahun lalu, Masjid Raya Baiturrahman, Aceh, sempat direbut dan dibakar oleh penjajah Belanda. Tepatnya, 10 April 1873, ketika pasukan Belanda melakukan serangan besar-besaran sebagai upaya balas dendam atas kekalahan mereka sebelumnya.

Dalam pertempuran itu, bukan hanya wilayah Aceh yang menjadi tujuan mereka, melainkan juga Masjid Baiturrahman. Rumah ibadah kebanggaan Aceh itu, tidak hanya direbut, tetapi juga dibakar sebagian.

Sontak, hal itu menyulut rakyat Aceh yang rela mati syahid demi merebut kembali masjid itu apalagi rakyat Aceh juga punya ketersinggungan yang mendalam pada penjajah. Alhasil, pertempuran tak terhindarkan pada 14 April 1873.

Mengutip buku Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia oleh Abdul Baqir Zein, dalam pertempuran itu Pemerintah Belanda mengalami kerugian yang begitu besar. Utamanya, ketika pemimpin mereka, Mayor Jenderal J.H.R Kohler tewas di tangan pasukan Aceh.

Tak hanya pucuk pimpinannya, Belanda juga kehilangan delapan perwira dan 397 prajurit, selain dari 405 orang lainnya terluka, termasuk di antaranya adalah 23 perwira.

Meski perlawanan mati-matian dilakukan oleh kedua pihak, tetapi Belanda pada akhirnya menguasai Masjid Baiturrahman pada 6 Januari 1874 karena didukung faktor persenjataan. Dalam kekalahan itu, masyarakat Aceh tidak hanya kehilangan keluarga dan pasukannya tetapi juga keseluruhan masjid raya Aceh yang dibakar habis.

Masjid Baiturrahman Kembali Dibangun

Waktu berjalan, tepatnya 9 Oktober 1879 atau 141 tahun lalu (5 tahun pascapembakaran), Belanda membangun kembali masjid. Pembangunan itu dilakukan untuk menarik hati masyarakat Aceh. Gubernur Militer Hindia Belanda saat itu Mayor Jenderal K. Van Der Heijden yang memulai pembangunannya. Sedangkan, peletakan batu pertama dilakukan Teungku Kadhi Malikul Adil.

Bangunan baru itu dirancang oleh orang Belanda bernama Gerrit Bruins dari Departemen van Vurgelijke Openbare Werken Batavia. Selain itu, pembangunan juga dibantu oleh seorang letnan yang juga seorang kontraktor dari China yang bernama Lie A Sie.

Pembangunan masjid kembali, menghabiskan dana sekitar 203 ribu gulden. Pembiayaan sebagian besar karena bahan bangunan yang didatangkan dari berbagai daerah. Sebagian materialnya, diketahui adalah marmer dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Myanmar dan tiang penyangga dari Surabaya. Selain dari beberapa lainnya yang berasal dari Pulau Penang.

Meski sempat diwarnai perdebatan, pembangunan selesai pada 1881. Kala itu, jumlah kubahnya masih satu buah. Hingga akhirnya pada 1935, masjid itu diperluas dengan tambahan dua kubah pada sisi kiri dan kanan sehingga jumlahnya menjadi tiga.

Setelah Republik Indonesia berdiri, pemerintah Indonesia menaruh perhatian besar pada masjid Baiturrahman. Pada 31 Oktober 1957, kubah ditambah dua buah di bagian belakang dan total saat itu adalah lima kubah. Konstruksi itu selesai pada 1967.

Mengutip Jelajah Ujung Barat Indonesia oleh Muna Sungkar, luas bangunan masjid Baiturrahman saat ini menjadi 4.760 meter persegi. Jumlah kubah saat ini pun telah bertambah menjadi tujuh buah, serta empat menara dengan tujuh pintu masuk.

Tak hanya itu, setelah berbagai pergolakan, arsitekturnya juga semakin diperkaya dengan ukiran kaligrafi ayat Alquran berwarna kuning dan latar hijau di keempat sisi dinding. Masjid Raya Baiturrahman Aceh menjadi masjid yang menggabungkan unsur berbagai negara, khususnya Eropa dan India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement