Jumat 09 Oct 2020 14:22 WIB

Presiden Armenia Pecat Kepala Badan Intelijen

Pemecatan ini dilakukan di tengah kabar terpukulnya pasukan Armenia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Armenia dalam pertempuran di Nogorno-Karabakh.
Foto: EPA-EFE/ARMENIA DEFENCE MINISTRY PRESS
Tentara Armenia dalam pertempuran di Nogorno-Karabakh.

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Presiden Armenia Armen Sarkissian memecat Argishti Kyaramyan dari jabatannya sebagai kepala badan intelijen pada Kamis (8/10). Keputusan itu diambil saat Armenia tengah terpukul oleh pertempuran melawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Pemecatan Kyaramyan diumumkan melalui situs kepresidenan Armenia. "Pemecatan Kyaramyan datang atas saran Perdana Menteri Nikol Pashinian," katanya dalam situs tersebut, dikutip laman Daily Sabah.

Baca Juga

Tak dijelaskan secara terperinci alasan di balik pemecatan Kyaramyan. Di situs hanya diterangkan bahwa dia diangkat sebagai kepala badan intelijen pada Juni lalu.

Sejak 27 September lalu, Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran sengit di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Awalnya kedua negara sempat saling tuding sebagai pihak yang terlebih dulu melancarkan serangan.

Lebih dari 360 orang telah dilaporkan tewas. Mereka termasuk 320 personel militer, 19 warga sipil di Nagorno-Karabakh, dan 28 warga sipil Azerbaijan. Dengan korban sebanyak itu, pertempuran ini menjadi yang paling mematikan sejak perang 1991-1994. Kala itu sebanyak 30 ribuan orang dilaporkan tewas.

Sejauh ini Armenia dan Azerbaijan mengabaikan seruan gencatan senjata oleh The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk Group yang diketuai bersama oleh Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Rusia.

OSCE Minsk Group dibentuk pada 1992. Mereka bertugas memediasi dan menemukan solusi damai untuk mengakhiri konflik Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan ke Moskow pada Jumat (9/10). Putin hendak membahas cara menghentikan pertempuran yang melibatkan kedua negara di Nagorno-Karabakh.

"Setelah serangkaian percakapan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilkham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Federasi Rusia membuat seruan untuk menghentikan permusuhan saat ini di zona konflik Nagorno-Karabakh karena alasan kemanusiaan, dengan tujuan untuk melanjutkan pertukaran jenazah dan tahanan," kata layanan pers Kremlin pada Kamis (8/10), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Menurut Kremlin, upaya mediasi antara Armenia dan Azerbaijan akan dijembatani oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Konflik antara Armenia dan Azerbaijan dimulai pada Februari 1988, tepatnya ketika Daerah Otonomi Nagorno-Karabakh mengumumkan pemisahannya dari SSR (Republik Sosialis Soviet) Azerbaijan.

Selama konflik 1992-1994, Azerbaijan kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan. Sejak 1992, telah dilakukan negosiasi penyelesaian konflik secara damai dalam kerangka OSCE Minsk Group. Namun dorongan besar terakhir untuk kesepakatan damai gagal pada tahun 2010.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement