Jumat 09 Oct 2020 10:48 WIB

Pelaku Usaha Mikro Harus Adaptasi dengan Kondisi Saat Ini

Digitalisasi UMKM menjadi mutlak dilakukan untuk mempertahankan omzet.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja membuat lele asap di Pengasinan, Gunung Sindur, Bogor, Rabu (30/9). Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Arif Rahman Hakim mengajak pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) beradaptasi dengan kondisi saat ini.
Foto: MUHAMMAD IQBAL/ANTARA
Pekerja membuat lele asap di Pengasinan, Gunung Sindur, Bogor, Rabu (30/9). Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Arif Rahman Hakim mengajak pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) beradaptasi dengan kondisi saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Arif Rahman Hakim mengajak pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) beradaptasi dengan kondisi saat ini. Seperti diketahui, kini Indonesia masih berada di tengah pandemi Covid-19.

"Caranya, dengan meningkatkan pemasaran produk melalui online atau marketplace," ujar Arif melalui keterangan resmi pada Jumat (9/10).

Menurutnya, digitalisasi UMKM menjadi mutlak dilakukan. Pasalnya, UMKM yang eksis dan mampu mempertahankan omzet penjualannya biasanya terhubung dengan ekosistem digital.

"Peserta pelatihan dibekali materi umum. Antara lain motivasi kewirausahaan, penyusunan business plan, perkoperasian, dan Digital Marketing," ujarnya.

Bahkan, kata dia, ketika sudah menerapkan pemasaran online, tidak menutup kemungkinan pelaku UMK dapat menembus pasar global atau ekspor. "Jadi harus punya keinginan dan mimpi ke arah sana. UMK harus belajar bagaimana tata kelola melakukan ekspor. Ada pelatihan online untuk itu," tutur dia.

Arif pun merujuk website edukukm.id dan Rumah BUMN sebagai sumber pembelajaran bagi UMK demi meningkatkan kualitas SDM. "Setelah pelatihan ini, saya berharap jaringan usaha bisa berkembang. Ingat, luasnya networking sangat penting dalam pengembangan UMK," ujarnya.

Arif meyakini, bila UMK selalu menambah ilmu dan pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan, pasar dan kapasitas usaha akan meningkat. "Kita harus bisa memanfaatkan potensi yang ada di wilayah kita. Misalnya, untuk sektor peternakan sapi dan kambing, masih bisa berkembang hingga bisa memiliki industri olahan sendiri. Dari mulai industri olahan susu hingga keju," jelas dia.

Begitu juga dengan potensi pasar kopi yang masih bisa dikembangkan hingga ke mancanegara. Masyarakat Timur Tengah dan Eropa sangat menyukai rasa kopi asal Indonesia. 

"Masalahnya di kita adalah menyangkut suplai kopi yang masih kalah dari suplai dari Brasil dan Vietnam," kata Arif.

Hanya saja, lanjut dia, bila UMK melakukan ekspor produk secara sendiri-sendiri, terbilang mahal ongkosnya. Selain ekspor produk melalui perusahaan Off-Taker, UMK juga bisa berkongsi dalam wadah koperasi.

"Saat ini, langkah kemitraan menjadi hal yang penting dalam mengembangkan UMK," tuturnya.

Kemenkop, sambung dia, juga sudah memiliki beberapa strategi meningkatkan kapasitas usaha pelaku UMKM di Indonesia. Di antaranya, perluasan akses pasar dengan cara sinergi dengan Kementerian/Lembaga lain dalam menyerap produk UMK. Maka pelaku UMK harus rajin mengakses informasi bisnis yang ada di banyak kementerian dan lembaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement