Kamis 08 Oct 2020 22:17 WIB

Gus Miftah Jelaskan Mengapa Lokasi Masjid Ada di Alun-Alun?

Gus Miftaf menyebutkan alasan lokasi masjid yang rata-rata di alun-alun.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Pimpinan Pesantren Ora Aji, Gus Miftah menyebutkan alasan lokasi masjid yang rata-rata di alun-alun.
Foto: Dok Istimewa
Pimpinan Pesantren Ora Aji, Gus Miftah menyebutkan alasan lokasi masjid yang rata-rata di alun-alun.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Dai kondang asal Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengungkapkan alasan masjid banyak dibangun di dekat alun-alun. Menurut dia, masjid sengaja dibangun di alun-alun lantaran strategis untuk mendakwahkan Islam.

Dia mengatakan, untuk mensyiarkan Islam di Indonesia para wali songo dan tokoh penyebar Islam lainnya pada masanya selalu membangun masjid di pinggir alun-alun, seperti Masjid Demak yang didirikan Raden Fatah bersama para Wali Songo pada abad ke-15 Masehi.

Baca Juga

“Mengapa penempatan positioning masjid itu kok kebanyakan di pinggir alun-alun? Karena alun-alun atau lapangan ini selalu menjadi pusat berkumpulnya masyarakat.  Maka sangat efektif ketika di samping alun-alun itu dibangun masjid,” ujar Gus Miftah dalam acara seminar virtual yang diselenggarakan BLAJ Jakarta di Tangerang, Kamis (8/10).

Menurut dia, masyarakat pada waktu itu memang belum banyak yang mengenal masjid. Karena itu, wali sembilan juga menyampaikan dakwahnya menggunakan budaya, sehingga orang-orang Jawa pada waktu tertarik untuk masuk masjid.

“Bagaimana kemudian agar orang tertarik masuk masjid? Maka biasanya di masjid itu dikasih gamelan, kalau di Yogyakarta itu, di Masjid Kauman itu biasanya ada dua gamelan, Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu,” kata Gus Miftah.

“Jadi kalau kita dipanggil kiai jangan bangga Pak, karena gamelan aja dipanggil kiai,” imbuhnya yang disamput tertawa jamaah.

Dia melanjutkan, gamelan yang ada di dalam masjid itu kemudian dimainkan agar orang-orang Jawa pada waktu itu tertarik untuk masuk masjid. Karena, menurut dia, dari dulu orang Jawa memang suka dengan gamelan.

Dengan model dakwah yang seperti itu, akhirnya masyarakat berbondong-bondong masuk masjid. Namun, masalahnya orang-orang dulu itu banyak yang tidak menggunakan sandal, sehingga jika mereka masuk masjid akan kotor.

“Lalu bagaimana caranya para wali menyikapi itu? Biasanya di depan masjid dikasih kolam kecil. Makanya kalau kita lihat masjid-masjid lama itu biasanya ada kolam kecil. Tujuannya agar sebelum orang dulu masuk masjid kakinya sudah nyemplung kolam dulu,” jelas Gus Miftah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement