Rabu 07 Oct 2020 20:08 WIB

Petani Karawang Masih Sulit Dapatkan Pupuk Bersubsidi

Petani terpaksa membeli pupuk non-subsisi walaupun harnganya mahal.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Fuji Pratiwi
Petani menabur pupuk pada tanaman padi (ilustrasi). Meski diklaim sudah mulai ada penyaluran, petani di Karawang mengaku masih sulit mendapatkan pupuk bersubsidi.
Foto: ANTARA /IRWANSYAH PUTRA
Petani menabur pupuk pada tanaman padi (ilustrasi). Meski diklaim sudah mulai ada penyaluran, petani di Karawang mengaku masih sulit mendapatkan pupuk bersubsidi.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Meski diklaim sudah mulai ada penyaluran, petani mengaku masih sulit mendapatkan pupuk bersubsidi. Padahal, petani sedang sangat membutuhkan pupuk.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Karawang Jawa Barat yang juga petani di Kecamatan Tempuran, Ijam Sudjana mengatakan, sampai saat ini petani masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi baik di kios dan distributor. Akibatnya mereka harus mengeluarkan modal berkali lipat untuk membeli pupuk non-subsidi.

Baca Juga

"Sudah dua bulan belum turun, kerugian para petani beli pupuk non-subsidi sudah cukup parah, beli pupuk mahal," kata Ijam.

Padahal kebutuhan pupuk pada musim gadu tahun ini setidaknya 25 persen lagi. Kalaupun ditambah, petani terlanjur sudah membeli pupuk yang mahal.

Ia mengaku beda harga pupuk subsidi dan non-subsidi lebih dari dua kali lipat. Namun, mengingat kebutuhan mendesak akan pupuk pada musim tanam ini, petani sudah membeli pupuk non-subsidi terlebih dahulu untuk kebutuhan awal.

Ia mengaku kelangkaan pupuk baru terjadi tahun ini. Kelangkaannya pun sangat parah karena petani benar-benar tidak bisa mendapatkan pupuk bersubsidi.

"Kelangkaan hingga dua bulan belum pernah. Pernah ada kelangkaan tahun 2003/2004, tapi pupuk tidak habis sama sekali masih bisa geser-geser alokasi. Kalau sekarang hilang sama sekali makanya beli non-subsidi saking butuhnya,” ujarnya.

Ia berharap begitu pupuk bersubsidi disalurkan tidak ada lagi kendala di tingkat distributor dan kios. Dikhawatirkan muncul masalah baru di mana distributor dan kios tidak bisa menebus karena kekurangan modal. Hasilnya, kuotanya justru disalurkan ke luar wilayah yang lain terlebih dahulu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement