Kamis 08 Oct 2020 04:49 WIB

Pandemi Covid-19 Memukul Usaha Ekspor Ikan Laut

Sejak terjadi pandemi Covid-19 harga jual ikan laut menurun drastis

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah nelayan memindahkan ikan hasil tangkapannya dari kapal. Sejak terjadi pandemi Covid-19 harga jual ikan laut menurun drastis. Ilustrasi.
Foto: BASRI MARZUKI/ANTARA
Sejumlah nelayan memindahkan ikan hasil tangkapannya dari kapal. Sejak terjadi pandemi Covid-19 harga jual ikan laut menurun drastis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG - Pandemi Covid-19 memukul sektor usaha perikanan dan budi daya ikan laut di Kepulauan Riau. Keterangan ini disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) TS Arif Fadillah.

"Dampaknya adalah menurunnya harga jual secara drastis," kara Arif di Tanjung Pinang, Rabu.

Baca Juga

Menurut Arif hasil budi daya ikan seperti kerapu biasanya dijual ke Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Namun sejak Covid-19 sudah tidak ada lagi ekspor dan hanya dipasok ke pasar lokal yang daya serapnya juga tidak maksimal.

"Harga kerapu sebelum pandemi berkisar Rp 120 ribu per kilogram, setelah Covid-19 ini menjadi hanya Rp 70 ribu bahkan Rp 50 ribu per kilogram. Kalau ikan kakap, bawal bintang masih di harga Rp 70 ribu per kilogram," ungkap Arif.

Nilai produksi rata-rata usaha perikanan di daerah itu, kata dia, kini hanya Rp 60 ribu per kilogram. Produksi olahan perikanan sebelum Covid-19 bisa sampai lebih dari 1 juta ton pada 2019 tetapi sampai saat ini hanya 685 ribu ton.

"Pemerintah daerah dan pusat terus berupaya untuk memulihkan UMKM, khususnya di komisi perikanan dan menjaga proses hulu hingga hilir dapat berjalan optimal melalui upaya dalam program strategis," ujarnya.

Arif memaparkan di seluruh Provinsi Kepri tercatat ada sebanyak 2.132 koperasi, koperasi nelayan berjumlah 262, dan UMKM berjumlah 160.290. Para pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan sangat memerlukan kemudahan akses pembiayaan.

Selain itu, katanya, masalah lain adalah tingginya biaya logistik yang berdampak pada tingginya harga jual dari pulau terluar. Masalah juga meliputi rendahnya pemanfaatan teknologi bagi koperasi dan UMKM dalam pengelolaan bahan baku dan rendahnya kualitas kemasan produk koperasi dan UMKM.

"Apa yang menjadi kendala para pengusaha di bidang kelautan dan perikanan itulah yang ingin terus kita dongkrak agar maju," terang Arif.

Sesuai laporan bupati dan wali kota se-Kepri, para nelayan tangkap tidak punya akses pemasaran, ditambah lagi daya beli masyarakat sekarang kurang. “Pasar lokal, restoran, dan hotel di Kepri yang dulunya sangat eksis di dunia pariwisata sekarang tampak kosong karena semuanya terbatas akibat wabah Covid-19," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement