Rabu 07 Oct 2020 14:42 WIB

Singapura Tawarkan Insentif untuk Calon Orang Tua

Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat. Singapura akan menawarkan insentif kepada calon orang tua selama pandemi virus corona.
Foto: Reuters/Nicky Loh
Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat. Singapura akan menawarkan insentif kepada calon orang tua selama pandemi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA  -- Singapura akan menawarkan insentif kepada calon orang tua selama pandemi virus corona. Hal ini sebagai upaya untuk mendorong angka kelahiran di negara kota tersebut.

Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat mengatakan, insentif itu akan membantu meyakinkan orang-orang yang menghadapi tekanan keuangan dan khawatir tentang pekerjaan mereka. Pemerintah Singapura telah menerima umpan balik bahwa Covid-19 telah menyebabkan beberapa calon orang tua menunda rencana memiliki anak.

Baca Juga

"Ini sangat bisa dimaklumi, apalagi mereka menghadapi ketidakpastian pendapatan" kata Heng kepada anggota parlemen awal pekan ini, dilansir di CNN, Rabu (7/10).

Heng mengatakan, pembayaran insentif tersebut akan membantu orang tua, tetapi dia tidak mengkonfirmasi berapa banyak yang akan dibayarkan.

Meskipun respons kesehatan masyarakat sangat sukses terhadap pandemi, ekonomi Singapura telah dilanda resesi yang dalam. PDB Singapura kemungkinan menyusut 12,6 persen pada kuartal kedua dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya, menandai penurunan paling tajam.

Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, sebuah keadaan yang coba dibalik oleh pemerintah berturut-turut tapi tidak juga berhasil. Menurut Badan Statistik Singapura, tingkat kelahiran saat ini hanya 1,14 kelahiran per wanita.

Kondisi itu menempatkan Singapura sejajar dengan Hong Kong, menurut Bank Dunia. Hanya Korea Selatan dan wilayah AS di Puerto Rico yang memiliki tingkat kelahiran lebih rendah.

Agar suatu negara dapat melakukan repopulasi secara alami, wanita harus memiliki rata-rata 2,1 bayi, meskipun sebagian besar negara maju sekarang berada di bawah tingkat itu. Sebab, penurunan proporsi pasangan dan berkurangnya peran gender tradisional telah menyebabkan tingkat kelahiran turun secara global.

Singapura telah berjuang untuk membalikkan tren turunnya angka kelahiran sejak 1980-an, dengan kampanye publik yang mendorong persalinan dan sejumlah insentif keuangan dan pajak. Namun, berbagai kebijakan tersebut tidak dapat menghentikan kemerosotan jumlah kelahiran bayi di sana.

Seperti banyak negara maju, tantangan utama populasi Singapura adalah kesuburan yang rendah dan populasi yang menua. "Tujuan kami adalah untuk mencapai populasi yang berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial, sehingga Singapura tetap bersemangat dan layak huni," tulis pemerintah dalam laporan 2011.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement