Selasa 06 Oct 2020 18:46 WIB

Tak Kembangkan EBT, Revenue Pertamina Bisa Anjlok 65 Persen

Kini tren dunia mengarah pada transisi energi dari BBM ke EBT.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Panas bumi sumber energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. ilustrasi
Panas bumi sumber energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menilai saat ini semua BUMN harus bisa bertransformasi untuk menjawab tantangan zaman. Begitu juga Pertamina yang harus bertransformasi ke energi bersih, jika tidak maka akan menggerus perusahaan migas plat merah tersebut.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Budi Gunadi Sadikin mengatakan pendapatan PT Pertamina (Persero) bisa anjlok sampai 65 persen bila tidak berinovasi dan beralih menuju transisi energi baru dan terbarukan (EBT). Sebab mayoritas pendapatan Pertamina berasal dari penjualan bahan bakar minyak (BBM).

Baca Juga

Namun, kini tren dunia mengarah pada transisi energi di mana masyarakat ramai-ramai beralih ke EBT. "Saya bilang ke Pertamina 60 sampai 65 persen income (Pertamina) dari jual BBM. Kalau transisi energi, kemudian orang jauhi karbon yakni BBM dan mulai banyak orang muda yang suka pakai mobil listrik, yang terjadi adalah 65 persen revenue Pertamina bisa hilang," ujar Budi dalam diskusi Lemhanas, Selasa (6/10).

Budi menyebut transisi ini akan dilakukan bertahap dan membutuhkan waktu lama, berkisar 20-30 tahun. Transisi energi menurutnya memang selalu berdampak pada dua sisi berbeda yakni akan ada industri yang terbangun dan ada yang mati.

"Dampak ke Pertamina tidak akan langsung, bertahap 20-30 tahun. Setiap terjadi transisi, baik abad 1.800-an maupun sekarang, ada perusahaan yang tumbuh dan ada perusahaan yang mati. Dan ini akan sangat berdampak pada sosial budaya ekonomi politik," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement