Selasa 06 Oct 2020 13:57 WIB

Menlu Israel dan UEA Gelar Pertemuan Khusus di Jerman

UEA dan Israel telah melakukan normalisasi hubungan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).
Foto: AP / Oded Balilty
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed diagendakan bertemu di Jerman pada Selasa (6/10). Itu akan menjadi  pertemuan perdana mereka setelah menandatangani perjanjian normalisasi diplomatik di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), bulan lalu.

Belum diketahui secara detail apa saja yang akan dibicarakan dan dibahas oleh Ashkenazi dan Sheikh Abdullah. Namun mereka akan menggelar konferensi pers bersama.

Baca Juga

Pada 16 Agustus lalu, tiga hari setelah Israel dan UEA mengumumkan kesepakatan normalisasi, Ashkenazi dan Sheikh Abdullah sempat menjalani komunikasi via telepon. Pada kesempatan itu, mereka setuju untuk melakukan pertemuan khusus.

"Saya berbicara hari ini dengan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed, kami memutuskan untuk membuat hubungan langsung antara kami sebelum perjanjian normalisasi kami, dan kami setuju untuk segera bertemu," kata Ashkenazi melalui akun Twitter pribadinya pada 16 Agustus lalu, dikutip laman Al Arabiya.

Pada 15 September lalu Sheikh Abdullah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Bahrain telah menandatangani "Abraham Accord" di Gedung Putih. Presiden AS Donald Trump turut menyaksikan penandatanganan perjanjian damai bersejarah tersebut.

Sheikh Abdullah mengatakan perjanjian itu adalah "perubahan di hati Timur Tengah". Trump mengapresiasi keputusan UEA dan Bahrain untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel.

Menurutnya hal itu akan mengakhiri perpecahan dan konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade di kawasan. Kesepakatan normalisasi dipandang bakal membawa "fajar baru Timur Tengah".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement