Senin 05 Oct 2020 17:05 WIB

Menunggu Kepastian Tes Cepat Antigen Digunakan Lebih Banyak

Tes cepat antigen bisa dijadikan rujukan Covid-19 yang lebih akurat.

 Seorang paramedis mengambil sampel usap hidung dari seorang pegawai pemerintah untuk melakukan tes Antigen Cepat untuk Covid-19. Indonesia juga sedang mempertimbangkan penggunaan tes cepat antigen yang lebih luas ketimbang tes cepat biasa.
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Seorang paramedis mengambil sampel usap hidung dari seorang pegawai pemerintah untuk melakukan tes Antigen Cepat untuk Covid-19. Indonesia juga sedang mempertimbangkan penggunaan tes cepat antigen yang lebih luas ketimbang tes cepat biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Antara

Penggunaan rapid test atau tes cepat masih menjadi kebutuhan meski efektivitasnya tak sebesar tes PCR. Belakangan tes cepat antigen disebut-sebut sebagai pengganti tes cepat.

Baca Juga

PT Indofarma Tbk, anggota holding BUMN farmasi, siap mendukung pengadaan tes antigen untuk menggantikan rapid test antibodi untuk pemeriksaan Covid-19. Penggunaan tes antigen telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat regulasinya bisa keluar sehingga nanti kita juga bisa siap mendukung pengadaan rapid test antigen," kata Direktur Utama PT Indofarma Tbk Arief Pramuhanto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (5/10).

Arief menjelaskan tes cepat merupakan alat skirining (penyaringan) awal untuk mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19. Karena kebutuhannya yang tinggi, tes cepat antibodi disebut masih diperlukan walaupun standar pedoman infeksi harus berdasarkan tes PCR. Sebagai contoh, Arief menjelaskan pihaknya bekerjasama dengan PT Angkasa Pura di sejumlah bandara untuk pemeriksaan awal Covid-19 menggunakan tes cepat antibodi.

Ia mengakui keakuratan tes cepat antibodi tidak setinggi tes PCR. Namun di bawah tes PCR, ada tes cepat antigen yang bisa dijadikan rujukan yang lebih akurat mengenai orang yang terinfeksi Covid-19.

"Memang PCR masih jadi guidance standard-nya. Jadi belum ada yang bisa gantikan. Di bawah itu ada yang namanya rapid test antigen dan memang sudah ada produk rekomendasi WHO yang masuk," katanya.

Arief berharap regulasi mengenai penggunaan tes cepat antigen akan bisa segera keluar guna menggantikan penggunaan tes cepat antibodi.

"Kami mengharapkan juga pihak otoritas bisa memberikan aturan atau regulasi bahwa memang antigen ini bisa menjadi alternatif untuk menggantikan rapid test antibodi," katanya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sepakat tes cepat antigen lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi. "Iya, akurasi rapid test dengan antigen memang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi," kata Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (30/9).

Dia melanjutkan, harga rapid test antigen juga relatif murah, yaitu sekitar 5 dolar AS dibandingkan tes swab yang mencapai jutaan rupiah. Kendati demikian, ia menegaskan akurasi tes terbaik untuk deteksi Covid-19 adalah swab PCR.

Terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI Daeng M Faqih sepakat dengan rekomendasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19. Sebab, dia melanjutkan, keputusan Satgas berdasarkan rekomendasi WHO.

Namun, IDI mengingatkan, rapid test antigen hanya sebagai skrining. "Untuk tes diagnostik tetap dengan swab PCR," katanya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan rapid test antigen bisa mengeluarkan hasil test Covid-19 dalam beberapa menit. "Tentunya alat ini bisa digunakan di Indonesia sesuai yang direkomendasikan WHO dan bisa menggantikan rapid test antibody, dan fungsi screening yang dilakukan rapid test tersebut menjadi lebih efektif dan tidak menjadi beban untuk RT PCR sebagai standar penegakan diagnosa," ujar Wiku.

Rapid test antigen merupakan bentuk tes cepat yang memanfaatkan sampel usap, untuk mendeteksi ada tidaknya antigen virus Covid-19 dalam tubuh. Berbeda dengan rapid test antibodi yang selama ini jamak dipakai di Indonesia, rapid test antigen dianggap lebih akurat karena mendeteksi langsung bagian dari virus Covid-19.  

Indonesia akan mengajukan diri untuk mendapatkan bantuan paket rapid test antigen Covid-19 dari WHO. Pengajuan ini agar Indonesia bisa mendeteksi lebih cepat kasus Covid-19.

Sebenarnya, bantuan WHO sebanyak 120 juta kit rapid antigen ini diprioritaskan untuk negara berpenghasilan rendah. Namun, Indonesia ikut mengajukan diri karena kasus Covid-19 yang dihadapi Indonesia cukup tinggi.

Bila tidak mendapat slot bantuan, Pemerintah Indonesia akan tetap mengupayakan alat rapid test antigen ini bisa masuk ke Indonesia. Sesuai rekomendasi WHO, alat rapid test antigen ini diyakini lebih akurat dibanding rapid test antibodi yang selama ini jamak dipakai di Indonesia.

Kendati alat rapid test antigen ini akan digunkan secara massal di Indonesia penegakan diagnosis Covid-19 tetap dilakukan dengan swab test PCR. Rapid test antigen, sama halnya dengan rapid test antibodi, berguna sebagai skrining awal.

Rapid test antigen merupakan bentuk tes cepat yang memanfaatkan sampel usap, untuk mendeteksi ada tidaknya antigen virus Covid-19 dalam tubuh. Berbeda dengan rapid test antibodi yang selama ini jamak dipakai di Indonesia, rapid test antigen dianggap lebih akurat karena mendeteksi langsung bagian dari virus Covid-19.

Sebagai pembanding, rapid test antibodi selama ini hanya mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam darah, sebagai respons atas keberadaan virus. Hasil rapid test antigen juga cukup cepat, yakni sekitar 15 menit setelah tes pada sampel usap.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 Reisa Broto Asmoro menyampaikan, angka kesembuhan pasien Covid secara nasional saat ini semakin meningkat. Di pekan pertama Oktober, angka kesembuhan covid bahkan tercatat mencapai 75,27 persen yang meningkat dibandingkan satu pekan sebelumnya yakni sebesar 73,77 persen.

Total sebanyak 232.593 kasus sembuh tercatat hingga Senin (5/10) hari ini. Sedangkan kasus aktif secara nasional pada hari ini sebanyak 63.274 orang.

“Angka kesembuhan Covid di Indonesia atau recovery rate di pekan pertama Oktober tercatat 75,27 persen,” kata Reisa saat konferensi pers.

Reisa melanjutkan, jumlah kasus meninggal dengan konfirmasi Covid per 5 Oktober tercatat sebanyak 11.253 kasus. Rasio kematian terhadap total kasus pun mencapai 3,67 persen. Angka ini menurun dibandingkan satu pekan sebelumnya yang sebesar 3,77 persen.

Kunci utama untuk menurunkan angka covid ini yakni dengan memasifkan upaya pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan. Ia mengatakan, pemerintah telah mampu melakukan pemeriksaan hingga 40 ribu orang tiap harinya di lebih dari 340 laboratorium. Sedangkan upaya pelacakan yang dilakukan telah menemukan sekitar 140 ribu suspek setiap harinya.

Karena itu, ia mengingatkan masyarakat pentingnya disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan baik dan benar. Kendati demikian, protokol kesehatan ini harus dilakukan secara masif dan serentak oleh seluruh masyarakat sehingga kasus Covid dapat ditekan.

Pemerintah juga tengah menyiapkan rencana program vaksinasi secara bertahap untuk masyarakat. Vaksinasi ini diharapkan mampu melindungi masyarakat dari ancaman Covid.

“Dari sejarah, terbukti suksesnya vaksinasi berdampak pada terkendalinya bahkan hilangnya penyakit menular, seperti cacar dan polio,” ucap dia.

photo
Ventilasi Durasi Jarak - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement