Senin 05 Oct 2020 20:21 WIB

Soal Film, Sineas Palestina-Arab Kecam Kerjasama UEA-Israel

Sineas Palestina dan negara Arab bersatu tolak kerjasama film UEA-Israel

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Sineas Palestina dan negara Arab bersatu tolak kerjasama film UEA-Israel  Ilustrasi perfilman.
Foto: graysonlocal.org
Sineas Palestina dan negara Arab bersatu tolak kerjasama film UEA-Israel Ilustrasi perfilman.

REPUBLIKA.CO.ID,  

Perfilman Palestina Kecam Kerjasama Bioskop UEA dan Israel

Baca Juga

 

 

JAKARTA— Dunia perfilman Palestina dan negara-negara Arab bersatu mengecam kerjasama yang dilakukan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel. 

Seperti dilansir Iqna.ir pada Senin (5/10) lebih dari 70 produsen dan profesional film dari Palestina dan negara-negara Arab mengecam kerjasama yang baru-baru ini dilakukan antara bioskop UEA dan bioskop Israel. Para produsen dan profesional film itu menyerukan solidaritas di seluruh dunia untuk film Arab.  

Diketahui pada pekan lalu,  Komisi Film Abu Dhabi (ADFC) UEA dan dua perusahaan film yang didukung Tel Aviv-Israel Film Fund (IFF) dan Jerusalem Sam Spiegel Film and Television School (JSFS) mengumumkan bahwa mereka berencana untuk berkolaborasi dalam serangkaian inisiatif kerjasama. Kerja sama tersebut termasuk pertukaran pendidikan, produksi film bersama, proyek televisi, dan festival film regional.  

Pengumuman itu muncul setelah kesepakatan normalisasi UEA dan Israel yang ditengahi AS yang mendapat kecaman dari para pemimpin Palestina dan banyak tokoh Arab dan Muslim karena dianggap pengkhianatan terang-terangan atas perjuangan Palestina.  

Dalam sebuah petisi, yang dibawa oleh kantor berita resmi Palestina Wafa pada Sabtu, pembuat film Arab mengatakan mereka terkejut bahwa ADFC telah setuju untuk bekerja dengan perusahaan film Israel mengingat bahwa orang Palestina masih hidup dalam kondisi yang buruk di bawah pendudukan Israel. 

“Kami pembuat film Palestina sangat terhalang dan terpengaruh oleh kolonialisme dan pendudukan militer ini. Produksi kami bergantung pada pendanaan dan dukungan luar negeri yang memungkinkan kami untuk mengekspresikan dan menulis cerita kami, berbagi kehidupan sehari-hari dan aspirasi kami dalam beberapa cara kecil. Kami mampu mengatasi hambatan realitas kolonial kami untuk menghadirkan karya sinematik perintis dan berharga,” lanjutnya. 

Mereka juga mendesak dunia perfilman Emirat dan profesional film Arab lainnya untuk memutus kemitraan dengan ADFC dan lembaga lain yang membuat kesepakatan kerjasama dengan Israel.  

“Kami dulu dan masih menjadi bagian dari sinema Arab, referensi kami yang paling menonjol. Kami selalu berusaha untuk mengembangkannya, dan ambisi kami telah mengkristal menuju kemitraan dan produksi bersama dengan rekan kerja kami sebagai cara terbaik untuk memajukan sinema Arab,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement