Senin 05 Oct 2020 14:32 WIB

Suriah Sebut Pangkalan Militer Rusia Bantu Lawan AS

Assad memuji Rusia yang membuat keseimbangan militer global.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Presiden Suriah, Bashar al Assad, mengatakan keberadaan pangkalan angkatan laut dan udara utama Rusia di negaranya sangat bermanfaat. Langkah ini membantu Suriah melawan pengaruh kekuatan Barat di wilayah tersebut.

"Keseimbangan militer global ini membutuhkan peran Rusia .. ini membutuhkan pangkalan (militer) .. kami mendapat keuntungan dari ini," kata Assad,

dalam wawancara dengan saluran TV Kementerian Pertahanan Rusia Zvezda pada peringatan lima tahun intervensi Moskow di Suriah.

Assad mengatakan, dua pangkalan utama Rusia penting untuk melawan kehadiran militer Barat di wilayah tersebut. Damaskus membutuhkan kehadiran Barat yang menurut komandan militernya dapat melawan dominasi Washington.

Di samping pangkalan Hmeimim, tempat Rusia melancarkan serangan udara untuk mendukung Assad, Moskow juga mengatur fasilitas angkatan laut Tartus di Suriah. Fasilitas itu menjadi satu-satunya pijakan angkatan laut di Mediterania yang digunakan sejak zaman Uni Soviet.

Rusia melancarkan serangan udara di Suriah melawan pemberontak pada 2015 dan mulai memperkuat kehadiran militer permanennya pada 2017. Sebuah dokumen pemerintah Rusia yang diterbitkan Agustus lalu menunjukkan, bahwa pihak berwenang Suriah telah setuju untuk memberi Rusia tambahan tanah dan perairan pesisir untuk memperluas pangkalan udara militernya di Hmeimim

Assad mengatakan, tentara Suriah sebelum intervensi militer Moskow telah menghadapi situasi berbahaya. Posisi berbahaya ini akibat oposisi bersenjata didanai dan diperlengkapi oleh Washington dan kekuatan Barat lainnya, bersama Arab Saudi dan Qatar yang telah merebut kota-kota utama.

Presiden Suriah dengan kekuatan udara besar Moskow dan bantuan milisi dukungan Iran mendapatkan kembali sebagian besar wilayah yang lepas dalam konflik selama satu dekade.

Washington dan pendukung oposisi Suriah mengatakan, pengeboman Rusia dan Suriah di daerah yang dikuasai oposisi sama dengan kejahatan perang dan bertanggung jawab atas perpindahan jutaan dan kematian ribuan warga sipil.

Moskow dan Damaskus menyangkal pengeboman tanpa pandang bulu terhadap warga sipil. Mereka mengklaim berjuang untuk membersihkan negara dari milisi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement