Senin 05 Oct 2020 09:31 WIB

IHSG Menguat di Tengah Gempuran Sentimen Global

Pasar saham masih dibayangi berbagai sentimen negatif terutama dari global.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pasar saham domestik bergerak di teritori positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,41 persen ke level 4.947,04.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pasar saham domestik bergerak di teritori positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,41 persen ke level 4.947,04.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik bergerak di teritori positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,41 persen ke level 4.947,04. Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup melemah sebesar 0,86 persen. 

Meski dibuka optmisitis, Direktur Anugerah Investama Sekuritas, Hans Kwee, melihat pasar saham masih dibayangi berbagai sentimen negatif terutama dari global. Diantaranya, berita Presiden Donald Trump yang terinfeksi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar.

"Hal ini meningkatkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan. Pelaku pasar tidak suka ketidakpastian dan akan bergerak ke aset safe haven seperti emas, Dollar dan Yen," tutur Hans, Senin (5/10).

Menurut Hans, Trump terkena virus akan memperbesar peluang Joe Biden untuk memenangkan pilihan presiden AS. Apabila Biden memenangkan pemilu, pelaku pasar khawatir pajak perusahaan mungkin akan naik dan peraturan menjadi lebih ketat. 

"Kenaikan pajak dan peraturan yang ketat akan menekan laba korporasi yang berakibat valuasi saham menjadi lebih mahal," terang Hans. 

Di sisi lain, menangnya Biden dalam pilihan presiden nanti diperkirakan dapat meredakan kekhawatiran tentang perang dagang dengan China dan banyak negara lain yang selama ini dilakukan oleh Trump. Perang dagang terbukti mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia dan menimbulkan banyak kerugian bagi banyak negara. 

"Selain itu paket stimulus fiskal untuk mendongkrak ekonomi akibat Covid-19 yang selama ini gagal di sepakati partai Demokrat dan Republik lebih berpeluang di sahkan," tutur Hans.

Hans melihat, kondisi perpolitikan di AS yang tidak menentu ini memberikan dampak positif terhadap pasar di kawasan Asia. Di tengah situasi perpolitikan AS, investor diperkirakan akan lebih memperhatikan saham dan obligasi Asia karena pemulihan ekonomi dan pendapatan yang kuat dan valuasi yang jauh lebih murah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement