Senin 05 Oct 2020 08:36 WIB

Mengenal Jenderal Awaloedin Djamin, Bapak Satpam Indonesia

Pada 1978, Jenderal Awaloeddin dilantik sebagai Kepala Polri.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Seorang petugas satpam (ilustrasi).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Seorang petugas satpam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan pengamanan (satpam) lahir pada 30 Desember 1980 ketika Kapolri saat itu Jenderal Awaloedin Djamin menerbitkanSKEP/126/XII/1980 tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan.

Direktur Pembinaan Masyarakat (Bimas) Polda Metro Jaya, Kombes Badya Wijaya, mengatakan, dengan jasanya Jenderal Awaloedin Djamin, dapat dimaklumi akhirnya dikenal dan mendapat julukan sebagai Bapak Satpam Indonesia.

"Kalau melihat sejarah pembentukan satpam, Kita harus berterima kasih kepada Bapak Awaloedin Djamin yang telah mengeluarkan keputusan yang dipakai sebagai landasan hadirnya satpam saat ini," kata Badya di Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Badya melihat, dengan situasi yang berkembang saat itu dan jumlah anggota kepolisian sangat terbatas. Sehingga perbandingan antara polisi dan jumlah penduduk sangat tidak ideal, yang memicu dibentuknya satpam.

Selanjutnya setiap 30 Desember diperingati sebagai hari ulang tahun (HUT) satpam di Indonesia. Pada 30 Desember 1993, sambung dia, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) kemudian mengukuhkan Jenderal (Purn) Prof Dr Awaloedin Djamin sebagai Bapak Satpam dengan mempertimbangkan jasanya sebagai pelopor serta tonggak berdirinya satpam di Indonesia.

"Hingga saat ini tanggal 30 Desember itu selalu diperingati sebagai HUT satpam dan kita sudah mentasbihkan Jenderal Awaloedin Djamin sebagai Bapak Satpam Indonesia," kata Badya.

Semasa hidupnya, menurut Badya, Awaloedin selalu memberikan motivasi dan penghargaan kepada orang-orang yang berkomitmen tinggi dalam memajukan harkat dan martabat satpam di industri keamanan. Awaloedin Djamin lahir di Padang, Sumatra Barat pada 26 September 1927. Awaloedin awalnya memulai studi sebagai mahasiswa ekonomi pada 1949-1950.

Awaloedin kemudian memilih untuk mengabdi kepada negara melalui Korps Bhayangkara dengan mengikuti pendidikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan lulus pada 1955. Dia kemudian mengikuti program Graduate School of Public and International Affair di Universitas Pittsburg, AS dan meraih gelar doktor dari School of Public Administration, Universitas California Selatan pada 1963.

Kemudian, Awaloedin menjabat sebagai lektor luar biasa di PTIK pada 1964. Setelah itu, karier Awaloedin beralih ke pembantu presiden menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja Kabinet Ampera (1966) dan Deputi Pangkat Urusan Khusus (1968) ketika Kapolri Hoegeng Iman Santoso masih bertugas.

Dua tahun kemudian Awaloedin menjadi ditunjuk sebagai Direktur Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sebelum memimpin Polri, ia lebih dulu menduduki posisi Duta Besar  Jerman Barat periode 1976-1978.

Pada 1978, Awaloeddin dilantik sebagai Kepala Polri, di tengah kondisi keamanan di Tanah Air yang tidak menentu. Setelah mempelajari situasi dengan saksama, jenderal lulusan ilmu administrasi tersebut mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka meningkatkan sistem keamanan di masyarakat, beliau jaga berperan besar dalam pembentukan satpam.

Tak hanya penghargaan dalam negeri, Awaloedin juga pernah menerima Das Gross Rreuz dari jerman Barat dan The Philipine Legion of Honor dari Pemerintah Filipina. Dia tutup usia pada 31 Januari 2019 pukul 14.45 WIB setelah dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement