Sabtu 03 Oct 2020 14:02 WIB

Erdogan: Azerbaijan Bebaskan Banyak Tanah dari Armenia

Erdogan menegaskan Turki akan selalu mendukung Azerbaijan dengan segala kapasitasnya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, militer Azerbaijan telah berhasil membebaskan banyak tanah di wilayah Nagorno-Karabakh yang diduduki. Pernyataan ini disampaikan menyusul persengketaan wilayah yang tidak kunjung usai antara Armenia dan Azerbaijan

"Armenia mengalami hasil yang tidak terduga. Tentara Azerbaijan, yang sekarang maju dengan sukses di garis depan, telah menyelamatkan banyak tempat dari pendudukan," kata Erdogan pada sebuah upacara di provinsi Konya, Anatolia Tengah dikutip laman Haaretz, Sabtu.

Baca Juga

Erdogan kembali menegaskan bahwa Turki akan mendukung Baku (Azerbaijan) dengan semua kapasitasnya. "Perjuangan Azerbaijan akan berlanjut sampai Nagorno-Karabakh dibebaskan," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlu Cavusoglu membahas konflik Armenia-Azerbaijan yang sedang berlangsung dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov, pada 1 Oktober.

Cavusoglu mengatakan kepada Lavrov bahwa gencatan senjata tidak akan berarti tanpa solusi permanen, yaitu penarikan penuh Armenia dari semua tanah yang diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan. "Menurut menteri luar negeri, bahkan jika pertempuran berhenti hari ini, bentrokan akan berlanjut nanti," menurut sumber diplomatik yang mengetahui pertemuan tersebut.

Lavrov dan Cavusoglu mengkonfirmasi melalui panggilan telepon bahwa mereka siap untuk berkoordinasi erat untuk menstabilkan situasi di Nagorno-Karabakh, Rusia mengatakan 1 Oktober.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan kedua menteri menegaskan kesiapan untuk koordinasi yang erat dari tindakan Rusia dan Turki untuk menstabilkan situasi dengan tujuan mengembalikan penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh ke saluran pembicaraan damai.

Sementara itu, Cavusoglu mengatakan Armenia harus mundur dari Nagorno-Karabakh untuk mengumumkan gencatan senjata. "Kami ingin masalah ini diselesaikan secara damai dan dalam kerangka keutuhan wilayah Azerbaijan," katanya.

Menurut Cavusoglu, Azerbaijan memiliki kekuatan yang diperlukan untuk merebut tanahnya. Armenia harus menarik diri dari wilayah pendudukan ini untuk gencatan senjata.

Dalam upaya untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, Cavusoglu menuduh Kelompok Minsk memihak. "Adalah melanggar hukum internasional untuk menyamakan orang yang diduduki dengan penjajah," katanya

OSCE Minsk Group, yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai konflik kedua negara, namun telah gagal. Armenia dan Azerbaijan setuju untuk gencatan senjata pada 1994.

=

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement