Sabtu 03 Oct 2020 13:57 WIB

Dokter: 5-10 Hari ke Depan Jadi Masa Kritis Trump

Dokter menyebut, pasien Covid-19 bisa tiba-tiba memburuk setelah alami gejala ringan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Reiny Dwinanda
 Presiden AS Donald Trump keluar dari helikopter Marine One saat tiba di  Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland, pada Jumat (2/9). Trump akan dirawat selama beberapa hari ke depan setelah positif Covid-19.
Foto: EPA
Presiden AS Donald Trump keluar dari helikopter Marine One saat tiba di Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland, pada Jumat (2/9). Trump akan dirawat selama beberapa hari ke depan setelah positif Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump positif terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan. Ia dikabarkan mengalami kelelahan, demam, dan batuk.

Para dokter lantas memperingatkan bahwa Covid-19 bisa tiba-tiba memburuk setelah beberapa hari gejala yang relatif ringan. Mereka menyebut, lima hingga 10 hari ke depan akan menjadi masa kritis bagi Sang Presiden setelah positif Covid-19.

Baca Juga

Kondisi demikian terutama berlaku bagi pasien Covid-19 dengan dua faktor risiko terbesar untuk komplikasi penyakit yang serius dan bahkan mengancam jiwa, yakni obesitas dan usia yang lebih tua. Menurut para dokter, Trump memenuhi kedua kriteria tersebut karena berusia 74 dan memiliki indeks massa tubuh 30,5.

"Saya khawatir. Saya telah merawat beberapa pasien dengan pukulan ganda seperti itu. Jika mereka sakit, jika menunjukkan gejala, mereka dapat memburuk dengan cepat sehingga membutuhkan perawatan ICU," kata seorang ahli paru dan asisten profesor afiliasi di UW Medicine di Seattle, Dr. Vin Gupta, pada Jumat di NBC "Today", dilansir Sabtu (3/10).

Terlebih lagi, penelitian menunjukkan bahwa pria cenderung lebih buruk akibat Covid-19 daripada wanita. Seorang dekan kesehatan global di The University of Alabama, Dr. Michael Saag, mengatakan bahwa hanya waktu yang akan memberi tahu bagaimana virus tersebut akan berpengaruh pada orang yang terinfeksi. Menurutnya, ciri dari infeksi tersebut tidak dapat diprediksi.

"Tidak mungkin untuk mengetahui secara klinis apa yang akan terjadi begitu seseorang terinfeksi," ujar Saag.

photo
Presiden AS Donald Trump keluar dari helikopter Marine One saat tiba di Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland, pada Jumat (2/9). Trump akan dirawat selama beberapa hari ke depan setelah positif Covid-19. - (EPA)

Tidak hanya merawat pasien Covid-19, Saag juga pernah mengalami kasus serius dari penyakit infeksi itu pada Maret lalu. Ia mengatakan, gejala yang paling umum adalah kelelahan yang mendalam. Menurutnya, kelelahan umumnya merupakan gejala yang bertahan paling lama.

"Setelah mengalami infeksi ini sendiri, saya dapat menggarisbawahi kata mendalam. Saya memperkirakan bahwa jika dia mengalami gejala, dia akan menderita kelelahan mulai sekarang hingga Hari Pemilu," kata Saag.

Tidak diketahui kapan Trump terinfeksi. Informasi itu akan menjadi kunci dalam mengarahkan dokter dalam memantau dan merawatnya secara potensial. Seorang dokter di Cambridge Health Alliance Respiratory Clinic dekat Boston, Dr. Pieter Cohen, mengatakan bahwa ia mencoba menangani pasiennya yang tertular virus corona sebaik mungkin.

"Jika presiden terpapar virus corona kurang dari lima hari yang lalu, maka ini infeksi yang sangat awal," ujarnya.

Cohen dan dokter lain yang telah merawat pasien Covid-19 selama berbulan-bulan mengatakan bahwa infeksi tersebut memiliki dua bagian penting, yakni fase awal dengan gejala minimal atau tanpa gejala, diikuti, untuk beberapa, oleh fase yang lebih parah. Selanjutnya, nanti ada yang lebih memprihatinkan, yakni hari-hari sakit, biasanya empat sampai delapan hari dan bisa beberapa saat nanti.

"Saat itulah komplikasi serius, sering kali dimulai dengan kesulitan bernapas, cenderung dimulai," kata Cohen.

Seorang dokter spesialis paru dan perawatan kritis di Tulane Medical Center di New Orleans, Dr. Josh Denson, mengatakan, sangat jarang seseorang menjadi sangat sakit dalam beberapa hari pertama infeksi. Menurutnya, hal itu bisa berlarut-larut.

"Kalau dia sembuh, waktunya tak mungkin dalam sepekan atau sekitar itu. Tapi saya punya beberapa pasien yang sakit kritis lebih dari dua sampai tiga pekan setelah infeksi awal," kata Denson.

Pedoman dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan presiden Trump harus diisolasi setidaknya selama 10 hari. Selama itu, ia harus tetap di area atau ruang perawatan dan jauh dari orang lain.

Gupta mengatakan, kemungkinan selama waktu itu, kadar oksigen Trump akan dipantau dengan hati-hati menggunakan perangkat yang disebut oksimeter denyut (pulse oxymeter). Pemantauan kadar oksigen sangat penting karena dapat turun drastis pada orang dengan Covid-19, bahkan jika mereka tidak merasa sakit.

"Dokternya akan memeriksa kadar oksigennya. Apakah dia sesak napas? Apakah dia demam? Apakah dia menggigil atau batuk? Diperlukan kewaspadaan ekstrem di sini," ujar Gupta.

Saag juga mengatakan bahwa sesak napas, terutama saat berjalan, bisa menjadi prediktor utama terjadinya komplikasi seperti pneumonia. Pasien yang hampir memasuki fase kedua penyakit tersebut dapat mengalami batuk kering.

"Saya tahu karena sulit untuk menyelesaikan pemeriksaan dengan pasien-pasien ini. Saya akan berkata, 'tarik napas' dan mereka akan selesai setengah jalan dan baru mulai batuk," kata Saag.

Gejala lain mungkin termasuk kesulitan berkonsentrasi dan nyeri dada. Menurut Cohen, dokter dapat mengobati gejala apa pun yang mungkin dialami Trump. Akan tetapi, tidak ada pengobatan yang diketahui yang terbukti dapat mencegah pasien Covid-19 berpindah dari tahap awal penyakit ke tahap kedua yang berpotensi lebih berbahaya.

Ada kemungkinan bahwa pada dokter Trump dapat memberikannya remdesivir, plasma penyembuhan, atau jenis pengobatan serupa yang disebut antibodi monoklonal. Namun, semuanya membutuhkan infus intravena dengan remdesivir diberikan selama periode lima hari.

Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk remdesivir dan plasma. Namun, penelitian tentang pengobatan tersebut masih berlangsung. Dengan adanya potensi khasiat, juga terdapat potensi risiko.

"Seperti banyak hal dengan epidemi ini. Ini adalah eksperimen raksasa," kata Saag.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement