Jumat 02 Oct 2020 12:05 WIB

Covid-19 Kembali Menyerang, Paris Siaga Maksimum

Otoritas Prancis melaporkan kenaikan setiap hari dalam kasus baru Covid-19.

Covid-19 Kembali Menyerang, Paris Siaga Maksimum. Sejumlah mahasiswa dengan menggunakan masker berkumpul di sebuah aula Universitas Pantheon, Paris, Kamis (24/9). Banyak cluster baru kasus COVID-19 telah muncul, terutama sejak di bukanya kampus serta kegiatan belajar mengajar pada bulan ini. Menguatnya kasus Covid-19 ini merupakan tanda peringatan bagi negara-negara lain di Eropa, di mana sebagian besar universitas di eropa bersiap untuk melanjutkan kegiatan belajar dan penelitian dalam beberapa minggu mendatang. Foto AP / Michel EulerGaleri Foto
Foto: Foto AP / Michel Euler
Covid-19 Kembali Menyerang, Paris Siaga Maksimum. Sejumlah mahasiswa dengan menggunakan masker berkumpul di sebuah aula Universitas Pantheon, Paris, Kamis (24/9). Banyak cluster baru kasus COVID-19 telah muncul, terutama sejak di bukanya kampus serta kegiatan belajar mengajar pada bulan ini. Menguatnya kasus Covid-19 ini merupakan tanda peringatan bagi negara-negara lain di Eropa, di mana sebagian besar universitas di eropa bersiap untuk melanjutkan kegiatan belajar dan penelitian dalam beberapa minggu mendatang. Foto AP / Michel EulerGaleri Foto

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kawasan Paris akan ditempatkan dalam kondisi siaga maksimum mulai Senin mendatang karena virus corona kembali menyerang. Upaya tersebut akan memaksa penutupan restoran dan bar dan memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada kehidupan publik.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan wilayah Paris yang lebih luas sekarang telah melewati ketiga kriteria pemerintah untuk berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi. Dalam 24 jam terakhir, tingkat infeksi virus korona telah melampaui 250 kasus untuk setiap 100 ribu penduduk.

Baca Juga

"Ini menjadi lebih buruk di Paris dan sekitarnya," kata Veran dalam konferensi pers.

Dia mengatakan pemerintah dan Balai Kota Paris akan melihat lagi indikator pada Ahad dan bertindak jika tidak ada perbaikan. Situasinya, kata dia, mengkhawatirkan di lima kota lain, yaitu Lille, Lyon, Grenoble, Saint-Etienne, dan Toulouse.

"Lintasannya memburuk dan ini memberi tekanan pada sistem perawatan kesehatan kami," ujar Veran, meskipun secara nasional tidak ada risiko jangka pendek rumah sakit kewalahan oleh masuknya pasien virus corona.

Otoritas Prancis melaporkan kenaikan setiap hari dalam kasus baru Covid-19, yaitu melebihi 13 ribu lagi pada Kamis. Virus itu telah membunuh lebih dari 32 ribu orang dan menginfeksi lebih dari setengah juta orang di Prancis.

Agar kota ditempatkan dalam kewaspadaan maksimum, tingkat insiden harus melebihi 100 infeksi per 100 ribu di antara penduduk lansia dan 250 per 100 ribu di antara masyarakat umum. Setidaknya 30 persen tempat tidur perawatan intensif disediakan untuk pasien virus corona.

Dalam skenario ini, pemerintah bulan lalu mengatakan bar dan restoran akan ditutup, pusat kebugaran dan ruang olahraga ditutup, dan perayaan pribadi seperti pernikahan dan pesta dibatasi hanya untuk 30 orang jika diadakan di ruang publik. Restoran dan bar ditutup selama dua minggu dari Senin lalu di Marseille yang menghadapi gelombang kedua virus corona, memicu protes dan gugatan hukum yang gagal.

Pemilik restoran merencanakan protes pada Jumat di Paris dalam upaya mengubah pendekatan pemerintah. Veran mengatakan ada tanda-tanda mereda krisis di Bordeaux, Nice dan Marseille, di mana putaran pembatasan sebelumnya diberlakukan sebelum Paris.

Prancis sekarang melakukan lebih dari satu juta tes Covid-19 setiap minggu. Kebijakan pengujian gratis, bagaimana pun, telah menempatkan sistem di bawah tekanan besar, dengan antrean yang mengular dan penundaan hasil laboratorium yang lama. Veran mengatakan sekarang kondisinya membaik dengan laboratorium mengeluarkan hasil 75 persen dalam waktu 48 jam.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement