Kamis 01 Oct 2020 15:52 WIB

Paus Tolak Bertemu Menlu Pompeo

Paus tak mau bertemu dengan politikus saat masa pemilihan presiden AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY -- Vatikan menolak permintaan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo untuk bertemu dengan Paus Fransiskus, Rabu (30/9) waktu setempat. Tahta Suci mengatakan, Paus tidak menerima tamu dari kaangan politikus selama masa pemilihan presiden AS.

Penolakan ini menambah pertikaian diplomatik menyusul komentar Pompeo tentang China dan Gereja Katolik. Vatikan menuduh Pompeo mencoba menggunakan masalah itu untuk menarik pemilih dalam pilpres AS November mendatang.

Baca Juga

Dua diplomat tertinggi Vatikan, Sekretaris Negara Kardinal Pietro Parolin dan Menteri Luar Negeri Uskup Agung Paul Gallagher, mengatakan Paus Fransiskus tidak akan menerima Pompeo. "Paus telah mengatakan dengan jelas bahwa tokoh politik tidak diterima dalam periode pemilihan. Itulah alasannya," kata Kardinal Parolin seperti dikutip BBC, Kamis (1/10).

Kardinal Parolin mengatakan ada kemungkinan komentar Pompeo sebelumnya terkait Paus dirancang untuk mendorong umat Katolik mendukung Trump pada pemungutan suara pada November.

"Beberapa orang menafsirkannya seperti ini, bahwa komentar itu terutama untuk kepentingan politik dalam negeri. Saya tidak memiliki bukti tentang ini, tetapi yang pasti ini adalah salah satu cara untuk melihatnya," ujar dia.

Dia menambahkan bahwa kesepakatan Vatikan dengan China tidak ada hubungannya dengan AS. Dalam sebuah artikel awal bulan ini, Pompeo mengatakan Gereja Katolik mempertaruhkan otoritas moralnya dengan memperbarui kesepakatan dengan China mengenai pengangkatan uskup.

Seperti diketahui, Presiden Donald Trump menerima dukungan dari gerakan agama konservatif, termasuk para pemilih Katolik konservatif yang beberapa di antaranya menganggap Paus Francis terlalu liberal. Kelompok hak asasi manusia mengatakan, banyak umat Katolik di China dianiaya dan didorong ke bawah tanah karena berjanji setia kepada Paus alih-alih menjadi asosiasi resmi Katolik China.

Meskipun demikian, pada tahun 2018 Vatikan membuat kesepakatan dengan Cina untuk berbicara tentang penunjukan uskup China.

Pada saat itu, Paus Fransiskus mengatakan dia berharap kesepakatan itu memungkinkan luka-luka masa lalu terobati dan membawa kesatuan Katolik penuh di China.

Perjanjian tersebut diharapkan akan diperbarui bulan depan meski menghadapi pertentangan dari beberapa umat Katolik, termasuk di AS. Dalam pidatonya pada Rabu di Roma, Pompeo meminta Vatikan untuk mempertahankan kebebasan beragama di China. "Tidak ada kebebasan beragama yang diserang lebih dari di China," ujar Pompeo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement