Kamis 01 Oct 2020 14:59 WIB

Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Bintang 2,5 Juta Tahun Lalu

Ilmuwan menemukan bukti supernova dari isotop mangan-53 dan besi-60.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Supernova (ilustrasi).
Foto: Science Alert
Supernova (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menduga akan terjadi ledakan bintang atau supernova saat kecerahan bintang Betelgeuse meredup drastis beberapa bulan lalu. Saat ini, kecerahan Betelgeuse telah kembali normal.

Di sisi lain, fisikawan dari Technical University of Munich (TUM) telah menemukan bukti supernova yang meledak sekitar 2,5 juta tahun lalu.

Baca Juga

Kehidupan bintang dengan massa lebih dari sepuluh kali lipat matahari, berakhir dengan supernova, ledakan bintang kolosal. Ledakan ini mengarah pada pembentukan besi, mangan, dan unsur berat lainnya. Dalam lapisan kerak mangan yang berusia sekitar 2,5 juta tahun, tim peneliti telah mengonfirmasi keberadaan besi-60 (besi dengan isotop 60) dan mangan-53 (mangan dengan isotop 53).

"Peningkatan konsentrasi mangan-53 dapat dianggap sebagai bukti yang kuat bahwa supernova ini benar-benar terjadi," kata penulis pertama, Dr. Gunther Korschinek dilansir dari Sciencedaily, Kamis (1/10).

Meskipun supernova yang sangat dekat bumi dapat menyebabkan kerusakan besar, supernova yang satu ini cukup jauh. Supernova itu hanya menyebabkan peningkatan sinar kosmik selama beberapa ribu tahun.

"Namun, hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan. Mungkin ada kaitannya dengan zaman Pleistosen, periode zaman es yang dimulai 2.6 juta tahun lalu," kata rekan penulis Dr. Thomas Faestermann.

Analisis jejak unsur

Biasanya, mangan muncul di bumi sebagai mangan-55. Sebaliknya, mangan-53 biasanya berasal dari debu kosmik, seperti yang ditemukan di sabuk asteroid tata surya. Debu ini terus turun ke bumi. Namun, jarang sekali ada bintik debu yang lebih besar, bersinar sebagai meteorit.

Lapisan sedimen baru yang terkumpul dari tahun ke tahun di dasar laut mempertahankan distribusi elemen di kerak mangan dan sampel sedimen. Dengan menggunakan spektrometri massa akselerator, tim ilmuwan kini telah mendeteksi besi-60 dan peningkatan kadar mangan-53 dalam lapisan yang diendapkan sekitar 2,5 juta tahun lalu.

"Ini adalah investigasi analisis ultratrace. Kami hanya berbicara tentang beberapa atom di sini. Tapi spektrometri massa akselerator sangat sensitif. Bahkan memungkinkan dari pengukuran kami bahwa bintang yang meledak pasti berukuran sekitar 11 hingga 25 kali matahari,” kata Korschinek.

Para peneliti juga dapat menentukan waktu paruh mangan-53 dari perbandingan dengan nuklida lain dan usia sampel. Hasilnya adalah 3,7 juta tahun. Sampai saat ini, hanya ada satu pengukuran untuk tujuan ini di seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement