Kamis 01 Oct 2020 12:11 WIB

Daya Beli Masyarakat di Pasar Tradisional Menurun

Penurunan konsumsi di pasar tradisional akibat ketakutan masyarakat akan Covid-19

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Pedagang melayani pembeli di pasar tradisional
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang melayani pembeli di pasar tradisional

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karawang, hmad Suroto menyebutkan, tingkat daya beli masyarakat di Pasar Tradisional berkurang. Kondisi ini terjadi selama masa Pandemi Covid-19.

Suroto mengatakan penurunan konsumsi di pasar tradisional akibat ketakutan masyarakat akan penyebaran virus corona sehingga masyarakat memilih tidak datang berbelanja ke pasar tradisional seperti kegiatan rutin sebelumnya.

"Tingkat daya beli masyarakat kurang sekarang. Lebih memilih belanja online ketibang datang ke pasar," kata Suroto dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (30/9).

Ia mengaku awalnya Disperindag memprediksi penurunan tingkat daya beli masyarakat hanya terjadi di awal-awal Pandemi Covid-19. Diperkirakan pada momen lebaran Idul Fitri dan Idul Adha akan membuat daya beli meningkat. Namun prediksi tersebut salah. Ia menyebutkan pada saat hari raya pun tak ada bedanya dengan hari biasanya.

"Puncak lebaran Idul Fitri dan Idul Adha kita prediksi naik, tapi sama saja dengan hari biasa. Ya, akibat pandemi covid-19," ujarnya.

Pengelola Pasar Johar, Novit Munandar membenarkan hal tersebut. Kondisi pandemi membuat daya beli masyarakat berkurang. Meski protokoler kesehatan dilakukan, namun ketakutan penularan virus corona di pasar tradisional masih ada.

"Memang korona ini sangat berpengaruh terhadap sektor perekonomian, khususnya pasar tradisional. Selain dari pembeli, pedagangnya juga sama ada batasan penjualan. Kadang buka, kadang tidak," tutur Novit.

Ia pun berharap daya beli masyarakat bisa berangsur normal. Sehingga tingkat perekonomian bisa tumbuh dan berdampak pada kesejahteraan para pedagang yang mengeluh pengurangan penghasilan selama pandemi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement