Rabu 30 Sep 2020 07:19 WIB

Armenia dan Azerbaijan Tolak Lakukan Pembicaraan

Armenia dan Azerbaijan menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Armenia menunjukkan kehancuran setelah perkelahian dii Republik Nagorno-Karabakh, di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, pada 27 September 2020 (dikeluarkan 28 September 2020). Menurut laporan media, Armenia telah memberlakukan darurat militer dan mobilisasi militer total setelah bentrokan meletus dalam konflik teritorial antara Armenia dan Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, dengan kedua belah pihak melaporkan kematian warga sipil setelah penembakan, artileri dan serangan udara di sepanjang garis depan. Menurut laporan pada 28 September, Presiden Azeri Ilham Aliyev juga mengeluarkan keputusan tentang mobilisasi militer parsial.
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN FOREIN MINISTRY PRESS OFFICE
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Armenia menunjukkan kehancuran setelah perkelahian dii Republik Nagorno-Karabakh, di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, pada 27 September 2020 (dikeluarkan 28 September 2020). Menurut laporan media, Armenia telah memberlakukan darurat militer dan mobilisasi militer total setelah bentrokan meletus dalam konflik teritorial antara Armenia dan Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, dengan kedua belah pihak melaporkan kematian warga sipil setelah penembakan, artileri dan serangan udara di sepanjang garis depan. Menurut laporan pada 28 September, Presiden Azeri Ilham Aliyev juga mengeluarkan keputusan tentang mobilisasi militer parsial.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Armenia dan Azerbaijan menuduh satu sama lain menembak langsung ke wilayah masing-masing, Selasa (29/9). Mereka pun menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai karena konflik atas daerah Nagorno-Karabakh.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev yang berbicara kepada televisi pemerintah Rusia dengan tegas mengesampingkan kemungkinan pembicaraan. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada saluran yang sama bahwa itu tidak dapat berlangsung saat pertempuran berlanjut.

Baca Juga

Kedua negara melaporkan penembakan dari sisi lain melintasi perbatasan bersama di sebelah barat wilayah Nagorno-Karabakh. Insiden tersebut menandakan eskalasi konflik lebih lanjut, meskipun ada permintaan mendesak dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan negara lain untuk menghentikannya.

Sebanyak 15 anggota Dewan Keamanan (DK) PBB menyatakan keprihatinan tentang bentrokan yang kembali meletus pada akhir pekan. DK PBB mengutuk penggunaan kekuatan dan mendukung seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk segera menghentikan pertempuran.

Puluhan orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera sejak bentrokan antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia. Peristiwa ini mengancam akan menarik negara tetangga, termasuk sekutu dekat Azerbaijan, Turki.

"Komunitas internasional harus dengan tegas mengutuk agresi Azerbaijan dan tindakan Turki dan menuntut Turki keluar dari wilayah ini. Kehadiran militer Turki di wilayah ini ... akan membawa eskalasi lebih lanjut dan perluasan skala konflik," ujar Pashinyan kepada TV pemerintah Rusia.

Sedangkan Aliyev menegaskan kalau Turki bukan bagian dari konflik kedua negara. Kondisi ini membuat negara tetangga dan sekutu baik Azerbaijan ini tidak perlu dan sama sekali tidak berpartisipasi di dalamnya.

“Turki bukanlah pihak dalam konflik, sama sekali tidak berpartisipasi di dalamnya dan tidak perlu untuk ini,” kata Aliyev.

Keputusan kedua negara yang menolak pembicaraan akan menjerumuskan konflik ke dalam perang. Kondisi ini mengancam tidak hanya menyeret Turki, tetapi Rusia. Moskow memiliki aliansi pertahanan dengan Armenia, tetapi juga menikmati hubungan dekat dengan Azerbaijan.

Kremlin mengatakan Presiden Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Pashinyan untuk kedua kalinya sejak dimulainya krisis itu. Dia mengatakan semua pihak harus mengambil tindakan untuk mengurangi eskalasi.

Putin diketahui belum melakukan kontak apapun dengan Azerbaijan. Meski begitu, Kremlin mengatakan Moskow terus berhubungan dengan Turki, Armenia, dan Azerbaijan. Rusia menegaskan setiap pembicaraan tentang memberikan dukungan militer untuk pihak lawan hanya akan menambah bahan bakar ke api.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement