Selasa 29 Sep 2020 14:07 WIB

Masuki Zona Resesi, Ini Dampak dan Upaya Mengatasinya

Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 diprediksi minus 1,7 persen.

Warga bermain dengan latar belakang gedung-gedung di kawasan Menteng Pulo, Jakarta, Rabu (16/9). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua di DKI Jakarta akan menekan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mendatang. Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III berada di kisaran 0 persen hingga -2,1 persen. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga bermain dengan latar belakang gedung-gedung di kawasan Menteng Pulo, Jakarta, Rabu (16/9). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua di DKI Jakarta akan menekan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mendatang. Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III berada di kisaran 0 persen hingga -2,1 persen. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sinyal pertanda ekonomi Indonesia masuk ke zona resesi semakin kencang. Dalam hitungan hari atau kurang dari sepekan menuju akhir September 2020 (kuartal III), pemerintah akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi.

Jika pertumbuhan kembali negatif atau terkontraksi, maka Indonesia resmi menyusul sejumlah negara yang telah lebih dulu masuk jurang resesi. Pasalnya, pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat negatif 5,32 persen secara tahunan.

Pertumbuhan ekonomi tidak negatif di tengah pandemi Covid-19 sangat sulit dibendung. Dampak dari pandemi ini juga telah "menginfeksi " ekonomi ratusan negara di dunia.

Arah bahwa ekonomi Indonesia masuk resesi, dilontarkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Pemerintah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 berada di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen, revisi dari sebelumnya 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi akan masuk resesi, juga disebutkan oleh sejumlah ekonom. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terkontraksi 2-4 persen.

Resesi tidak terelakkan karena dalam situasi pandemi ini sangat sulit untuk mendorong konsumsi dan investasi kembali ke arah normal. Saat ini yang penting bagaimana menanggulangi pandemi, menangani kesehatan masyarakat, ekonomi, dan dunia usaha, bisa bergerak meski terbatas.

Momok resesi, juga diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad dengan prediksi pertumbuhan ekonomi minus 1,3-1,7 persen. Daya beli masyarakat harus ditingkatkan demikian juga konsumsi rumah tangga, dengan mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos) tunai ke masyarakat yang ujungnya bisa memberi kontribusi kepada perekonomian.

photo
resesi ekonomi - (Tim infografis Republika)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement