Selasa 29 Sep 2020 11:15 WIB

Pujian Sarjana Barat untuk Muhammad SAW, Ada Motif Tertentu?

Sarjana Barat memberikan pujian untuk sosok Rasulullah Muhammad SAW.

Sarjana Barat memberikan pujian untuk sosok Rasulullah Muhammad SAW. kaligrafi bertuliskan Muhammad
Foto: wikipedia
Sarjana Barat memberikan pujian untuk sosok Rasulullah Muhammad SAW. kaligrafi bertuliskan Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, Tak semua komentar sarjana Barat terhadap sosok Rasulullah Muhammad SAW beraroma negatif, sebagaiannya masih mencoba bersifat netral dan cenderung positif. 

Hanya saja, kalaupun kita temukan pandangan positif yang berupa pujian, sebenarnya harus dimaknai adanya maksud di balik puja-puji itu. Apabila bukan untuk mengambil hati kaum Muslimin, biasanya digunakan sebagai langkah empati untuk memulai dialog Islam-Kristen. 

Baca Juga

Misal, George Bernard Shaw mengatakan dalam De Karcht van den Islam, “Seperti Napo leon, saya pun lebih suka akan ajaran Muhammad. Saya yakin bahwa seluruh imperium Inggris akan menganut aja rannya sebelum abad ini berakhir. Pribadi Muhammad sangat agung. Saya kagumi dia dan saya meng anut dia dalam pandangan hidupnya (M Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam, 1983). Komentar itu jelas terlalu berlebihan mengingat Shaw tidak menganut ajaran Muhammad.

Lamartine pun memuji Nabi Muhammad dengan penuh kata-kata indah. “Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational dogmas, of a cult without images, the founder of twenty terrestrial empires and of one spiritual empire. That is Muhammad. As regard all standards by which human greatness may be measured, we may well ask, it there any man greater than he?”

(Filosof, orator, rasul, pembuat undang-undang, pejuang, pe nakluk ide-ide, pembangun dogma rasional dari suatu agama tanpa berhala, pendiri dua puluh imperium dunia dalam satu imperium spiritual. Itulah dia Muhammad. Merupakan segala standar untuk mengukur kebesaran manusia. Kita boleh bertanya, adakah orang yang lebih besar daripada dia?) (Lamartine, Histories de la Turquoises, 1854).

Pandangan netral orientalis yang mencoba “membela” Nabi Muhammad dilakukan di antaranya oleh Thomas Carlyle, Loria Valeri, Edward Gibbon, Stanly Lane-Pole, Thomas W Arnold dan lainnya. Bahkan, Michael H Hart menempatkan Muhammad sebagai urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah. Katanya, “My choice of Muhammad to lead the list of the world’s most influential persons may surprise some reader and maybe questioned by others. But he has only man in history who was supremely successful on both religion and secular levels.”

(Jatuhnya pilihan saya pada Muhammad untuk memimpin di tempat teratas daftar pri badipribadi yang paling berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya. Namun dia memang satu-satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang keduniawian) (Michael H. Hart, The 100 : A Ranking of The Most Influential person in History, 1918). 

Bisa jadi, umat Islam bangga nabi nya menempati urutan nomor satu. Namun, tanpa disadari, dengan begitu kita juga mengakui sahabat-sahabat Nabi, tokoh, dan ilmuwan Islam yang hebat itu tidak ada yang masuk dalam daftar kecuali Umar bin Khattab di urutan ke-50, persis di bawah Rene Descartes.     

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement