Senin 28 Sep 2020 22:50 WIB

Ternyata, Banyak Orang Afrika Cari Kuliner Indonesia

Sayangnya, hingga kini baru ada empat restoran Indonesia di seantero Afrika.

Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busyra Basnur
Foto: Istimewa/KBRI di Addis Ababa
Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busyra Basnur

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Kuliner Indonesia banyak dicari di Afrika. Bisnis masakan Indonesia berpeluang besar memasuki pasar Afrika. Sayangnya, hingga kini baru ada empat restoran Indonesia di seantero Afrika. 

“Lihat, di benua dengan 55 negara dan penduduk 1,3 miliar jiwa, terdapat hanya empat restoran Indonesia yaitu di Mesir, Afrika Selatan, Rwanda, dan Sudan. Sementara, restoran dari berbagai negara lain seperti Cina, Jepang, Korea, India, Vietnam, Timur Tengah, Italia, dan Amerika Serikat, menjamur di Afrika,” kata Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika Al Busyra Basnur dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (28/9).   

Peluang bisnis kuliner Indonesia di Afrika, kata Al Busyra, disebabkan antara lain, pertama, Indonesia dikenal luas dan sangat baik di Afrika, apalagi dikaitkan dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. 

Kedua, Afrika terdiri dari ratusan etnik dan budaya dengan makanan yang beragam seperti Indonesia. Ketiga, kerja sama perdagangan antarnegara dan perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Afrika terus berkembang; dan keempat, orang Indonesia kian banyak bepergian ke, bekerja, dan hidup di Afrika. 

Al Busyra lebih lanjut memaparkan bahwa tantangan utama yang dihadapi sekarang adalah sebagian besar orang Indonesia belum mengenal perkembangan terkini, potensi, dan peluang berbisnis makanan Indonesia di Afrika. Ia menambahkan, tantangan lain yang dihadapi adalah transportasi bahan dan bumbu masakan Indonesia karena jarak Indonesia dan negara-negara Afrika cukup jauh dan frekuensi penerbangan masih terbatas.

“Namun, dengan Ethiopia, terdapat penerbangan langsung Addis Ababa-Jakarta, yang dilayani maskapai Ethiopian Airlines,” jelasnya. 

Paparan Al Busyra disampaikan dalam seminar nasional bertajuk "Gastro Diplomacy Goes to Africa, serial Indonesia-Afrika: Bersinergi Membangun Bersama di Masa Pandemic Covid-19". Acara ini diselanggarakan secara virtual Senin, (28/9). 

Seminar diadakan oleh Pusat Studi Afrika, FISIP Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan Indonesia Gastronomy Community (IGC) dan Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI). 

Pembicara lain pada acara tersebut adalah Paramitaningrum PhD dari Indonesia Gastronomy Community Universitas Binus dan Dr Pinky Saptandari, Ketua Pusat Studi Afrika Unair, dengan moderator Dian Rosdiana, Sekjen Asosiasi Antropologi Indonesia.

Ketika membuka seminar, Dr Falih Suaedi, Dekan FISIP Unair, antara lain mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia tentang Afrika. Tujuan lainnya adalah meningkatkan kerja sama Indonesia-Afrika, khususnya di bidang gastro diplomacy

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement