Senin 28 Sep 2020 19:56 WIB

Dompet Dhuafa Pendidikan Inisiasi Kepemimpinan Mahasiswa

Calon pemimpin dituntut mampu memantik ide-ide kekinian sehingga melahirkan inovasi.

Rep: rossi handayani/ Red: Hiru Muhammad
Sebagai lembaga kemanusiaan yang peduli pada peningkatan kapasitas pemuda di Indonesia, Dompet Dhuafa Pendidikan menginisiasi Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa), sebuah program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa untuk menjawab tantangan dan kebutuhan bangsa di Era Revolusi Industri 4.0 pada Ahad (27/9).
Foto: istimewa
Sebagai lembaga kemanusiaan yang peduli pada peningkatan kapasitas pemuda di Indonesia, Dompet Dhuafa Pendidikan menginisiasi Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa), sebuah program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa untuk menjawab tantangan dan kebutuhan bangsa di Era Revolusi Industri 4.0 pada Ahad (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagai lembaga kemanusiaan yang peduli pada peningkatan kapasitas pemuda di Indonesia, Dompet Dhuafa Pendidikan menginisiasi Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa), sebuah program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa untuk menjawab tantangan dan kebutuhan bangsa di Era Revolusi Industri 4.0 pada Ahad (27/9).

Lewat Future Leader Challenge (FLC) 2020 berlangsung pada 12-27 September 2020 yang dilaksanakan secara daring via Zoom. Mengusung tema "Kolaborasi Kebaikan untuk Indonesia Berdaya", FLC 2020 akan menggabungkan kepemimpinan nasional berlandaskan pengetahuan dan kompetensi milenial dalam mewujudkan Indonesia Berdaya.   

Dalam keterangan tertulis kepada Republika pada Senin (28/9), Supervisor Bakti Nusa, Muhamad Saepudin mengatakan, para pemuda butuh wadah khusus menampung potensi besar mereka, diharapkan FLC 2020 dapat menginspirasi, dan memacu mereka menyelesaikan masalah di era teknologi sebagai Disruptive Leaders.

Hadir di FLC 2020 di antaranya beberapa tokoh nasional seperti Inspirator, CEO Kubik Leadership Jamil Azzaini, Pengusaha dan politisi nasional, Sandiaga Salahuddin Uno, dan lainnya.

FLC merupakan perhelatan nasional sebagai sarana pengembangan kemampuan kepemimpinan untuk enam puluh penerima manfaat Bakti Nusa terpilih dari empat belas kampus besar di Indonesia seperti UI, IPB, UNPAD, ITB, UGM, UNS, UNSRI, UNAIR, ITS, UNDIP, UB, UNAND, UNSOED, dan USU. 

Pada zaman ini penting bagi pemuda Indonesia memahami bagaimana cara menjadi pemimpin yang disruptif. Sebab dengan menjadi pemimpin yang disruptif, maka nantinya akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. “Ada tiga prinsip untuk menjadi disruptive leader, diantaranya create future, transform people, dan fast and discipline execution," kata Jamil.

Pada prinsip Create Future (menciptakan masa depan), menurutnya seorang pemimpin haruslah menetapkan arah, bukan hanya mengikuti arah. Jamil Azzaini juga menyampaikan betapa pentingnya berpikir positif dan memiliki tujuan untuk Sukses Mulia, yang terdiri dari aspek harta, takhta, kata, dan cinta, ditambah aspek memberikan kebermanfaatan agar hidup lebih bermakna. Sukses Mulia merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan demi terciptanya keseimbangan hidup.

Lanjut dalam acara, Sandiaga Uno mengajak peserta menjadi pemimpin di tengah turbulensi yang dialami dunia akibat guncangan pandemi Covid-19. Dalam perubahan besar saat ini, calon pemimpin dituntut mampu memantik ide-ide kekinian sehingga melahirkan inovasi. Disruptive leader diharapkan menjadi sosok solutif bagi semua kalangan, menghindari adanya benturan kepentingan, dan mengesampingkan keuntungan pribadi.

"Krisis adalah peluang yang membuka kesempatan serta peluang kepada pemuda untuk melihat masalah di sekitar dan mampu mengajari mereka melakukan pendekatan berbasis solusi bahwa ini bukan tentang diri sendiri melainkan tentang hajat hidup orang banyak. Tugas disruptive leader ialah bertanya pertanyaan dasar dan betul-betul mengaspirasi dan menginspirasi agar bisa mengatasi tantangan bangsa untuk terus maju," kata Sandiaga Uno. 

Terdapat tiga hal yang harus dimiliki seorang pemimpin di antaranya, Competence, consistency, character. "Disruptive leaders berarti seorang pemimpin harus mampu membangkitkan optimisme masyarakat dengan meningkatkan komitmen, konsistensi, dan karakter. Keinginan menjadi disruptive leaders berarti pemuda tak boleh semangat hanya di awal saja, mereka mesti tangguh, dan memiliki value yang baik serta akhlak karimah,” lanjut Sandiaga Uno.

Politikus Muda Indonesia yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, membersamai sesi MIT yang dihadiri enam puluh penerima manfaat Bakti Nusa 10 dan lima ratus peserta umum. Menurut Emil, kepemimpinan disruptive merupakan kepemimpinan yang mendistrupsi dalam artian positif dengan membawa teroboson pemikiran tidak biasa atau out of the box.  "Kala pandemi seperti saat ini banyak hal berubah dengan cepat dan kalau pemuda tidak mengikuti ritme tersebut maka akan tertinggal, sebab bukan hanya kita melakukan perubahan tetapi orang lain bahkan teknologi. Contohnya di Jepang, teknologi telemedicine dikembangkan secara besar-besaran sehingga memberikan distrupsi bagi dunia kesehatan, selain itu dapat dipastikan menggeser lapangan pekerjaan lama," kata Emil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement