Senin 28 Sep 2020 17:18 WIB

Meski Pandemi, Ekspor Jabar Tertinggi se-Indonesia

Perbaikan ekspor Jabar seiring membaiknya ekonomi negara tujuan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ridwan Kamil menyatakan, ekspor Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Tanah Air meski di tengah pandemi.
Foto: Dokpri
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ridwan Kamil menyatakan, ekspor Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Tanah Air meski di tengah pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, ekspor Provinsi Jabar terus membaik meski Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19. Ekspor Jabar sempat turun sejak Maret hingga Mei 2020 tapi berhasil kembali naik pada Juni lalu. 

Baca Juga

"Ekspor Jabar menjadi yang tertinggi di Indonesia," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam konferensi pers usai rapat mingguan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (28/9).

Berdasarkan data BPS periode Januari hingga Agustus 2020, Jabar menyumbang 16,28 persen atau 16,79 miliar dolar AS terhadap ekspor nasional, disusul Jawa Timur sebesar 12,95 persen, dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 persen. 

"Kenaikannya adalah 14,16 persen secara bulanan (mtm) pada Agustus dibandingkan Juli. Jadi per bulan naik pelan-pelan. Nanti kita lihat September, harusnya ada (kenaikan) dikisaran 40 persen," kata Emil.

Berdasarkan data BPS Provinsi Jabar, ekspor Jabar pada Juli 2020 sendiri adalah 2,21 miliar dolar AS atau naik 12,48 persen dari Juni. Emil menambahkan, pemulihan ekonomi di negara tujuan turut membuat pertumbuhan ekspor Jabar terus meningkat.

"Berita baiknya, dari salah satu ukuran ekonomi, jualan dan ekspor kita (Jabar) lagi kencang, menandakan ekonomi bergerak lagi," kata dia.

Meski begitu, Emil tidak memungkiri UMKM dan belanja di level daerah masih belum maksimal. Namun, hal itu sesuai dengan konsep gas dan rem antara ekonomi dan kesehatan di masa pandemi yang selalu berjalan dinamis dan fluktuatif.

“Kadang-kadang (antara) 50 persen kesehatan dan 50 persen ekonomi, kadang-kadang 70 persen kesehatan seperti sekarang dan 30 persennya ekonomi. Tapi tidak pernah seratus berbanding nol," ucap Emil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement