Senin 28 Sep 2020 04:29 WIB

Dipaksa Dekat dengan Teknologi Saat Pandemi

Pandemi covid-19 membuat berbagai percepatan di bidang teknologi.

Bisnis online (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Bisnis online (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwi Murdaningsih*

Pandemi membuat banyak hal berubah. Jika ada sisi positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 maka salah satunya adalah percepatan di bidang teknologi. E-commerce semakin populer. Kalangan UMKM dipaksa untuk lebih melek teknologi, nyemplung dunia digital agar bisnis tetap bisa jalan saat pandemi. Dari awalnya yang dipaksa siap kini mungkin sudah terbiasa.

Pandemi juga memaksa untuk percepatan di sektor pendidikan. Dengan sekolah jarak jauh ini memaksa anak-anak (dan orang tua) untuk akrab dengan internet.

Dari sini  ketahuan bahwa ternyata akses internet dan teknologi di Indonesia belum merata di semua wilayah. Tak semua anak di Indonesia mengakses internet dengan mudah. Banyak yang harus bersusah payah untuk bisa sekolah daring.

 

Masalah ini muncul ke permukaan dan pada akhirnya memaksa pemerintah (dan operator) untuk bisa meratakan akses internet di seluruh wilayah. Bagi mereka yang sangat tak bisa daring, anak-anak pun terpaksa harus mengumpulkan tugas sekolah secara offline. Pandemi pun menjadi semacam pemicu agar akses internet dan teknologi bisa lebih merata di semua wilayah di Indonesia. Lagi-lagi ini harus dipaksa.

Teknologi robot dan kecerdasan buatan juga berkembang pesat di masa pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 6 bulan ini. Dengan ketentuan jaga jarak untuk mencegah penyebaran virus, para startup dan periset mencoba bermacam cara untuk berinovasi membuat robot agar bisa mengurangi kontak dengan sesama manusia. Teknologi 'tanpa sentuh' pun semakin banyak digunakan.

Saat pandemi penggunaan robot semakin masif untuk berbagai keperluan membantu manusia. Misalnya, robot dipakai untuk menyemprotkan desinfektan di ruangan. Robot digunakan untuk membantu memeriksa kondisi pasien.

Sebenarnya, teknologi robot telah lama berkembang di Indonesia, dan trennya pun semakin meningkat. Dari data lama arsip Republika.co.id, pada 2017 serapan teknologi robot di Indonesia mencapai sekitar 950 unit. Pada tahun 2018 melonjak menjadi 1.200 unit robot. Meski belum ada data terbaru, tapi penggunaan robot di Indonesia bisa dipastikan meningkat.

Kecerdasan buatan pun kian banyak digunakan saat pandemi. Kecerdasan buatan dipakai untuk membantu banyak hal seperti mendiagnosa penyakit, atau membantu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan pandemi.

Asosiasi Internet of Things Indonesia memperkirakan teknologi 5G akan segera hadir seusai pandemi berlalu. Meski belum jelas pandemi kapan berakhir, dan kapan infrastruktur 5G siap di Indonesia, teknologi ini menjanjikan banyak sekali hal yang bisa dimanfaatkan.

Dengan kecepatan hingga 100 kali lipat dengan 4G, teknologi 5G memungkinkan untuk bekerja dari jarak yang jauh dengan lebih baik. Teknologi ini bisa dipakai untuk pertanian hingga pertambangan jarak jauh. Intinya, bekerja jarak jauh akan semakin mudah.

Namun tentu kemajuan teknologi bukan hanya cerita tentang yang 'manis-manis' saja. Akan banyak dampak yang hadir dari teknologi ini mulai dari kejahatan siber yang mungkin akan meningkat hingga kemungkinan otomatisasi pekerjaan manusia.

Dengan maraknya robot dan kecerdasan buatan, mau tidak mau posisi manusia dalam pekerjaan bisa 'terancam'.  Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara rutin, sangat mungkin posisi pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot.

Riset Universitas Oxford pada 2013 menyebut, 702 jenis pekerjaan di Amerika Serikat bisa digantikan oleh robot. Riset menyimpulkan 47 persen pekerjaan dalam satu atau dua dekade ke depan akan digantikan oleh mesin atau sangat rentan otomatisasi.

Namun, manusia tetap akan diperlukan untuk mengoperasikan dan mengawasi teknologi robot maupun kecerdasan buatan dalam melakukannya. Kapanpun teknologi ini hadir, Indonesia harus siap dengan keduanya. Baik dampak manfaat maupun dampak negatifnya. Semoga yang ini benar-benar siap, bukan dipaksa siap..

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement