Ahad 27 Sep 2020 14:38 WIB

Benarkah Alam Juga Bisa Murka Seperti Umat Manusia?  

Alam sebenarnya juga layaknya makhluk Allah SWT yang juga bisa murka.

Alam sebenarnya juga layaknya makhluk Allah SWT yang juga bisa murka, Longsor. Ilustrasi
Foto: Republika/Edi Yusuf
Alam sebenarnya juga layaknya makhluk Allah SWT yang juga bisa murka, Longsor. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Manusia lebih pintar merusak alam daripada merawatnya. Alam ini adalah tajalli-Nya sekaligus manifestasi-Nya.

Jika anak manusia tidak bisa lagi mengendalikan diri sebagai khalifah yang benar, jika berbagai penyimpangan yang dilakukannya semakin meluas dan merajalela, jika ketentuan dan peraturan yang berlaku tidak lagi ditaatinya, dan teriakan hati nuraninya tidak lagi didengarkan, pada saat itu alam raya akan semakin murka. 

Baca Juga

Seolah mereka kompak untuk mogok memberikan pengabdian terhadap anak manusia, meskipun sudah ditetapkan sebagai khalifah di jagat raya ini. Fenomenanya bisa kita tandai beberapa hal, antara lain, hujan yang tadinya pembawa rahmat (QS al-An'am/6:99) tiba-tiba menjadi sumber malapetaka banjir yang memusnahkan areal kehidupan (QS al-Baqarah/2:59), seperti yang kita bisa saksikan di mana-mana. 

Gunung-gunung yang tadinya sebagai patok bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mur salat/77:10), seperti yang sering terjadi di sekitar kita.

Angin yang ta dinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (QS al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-porandakan segala sesuatu yang dilewatinya (QS Fushshi lat/ 41:16), seperti yang semakin sering kita saksikan di mana-mana, terutama selama dekade terakhir ini.

Begitu pula dengan laut yang tadinya begitu pasrah melayani mobilitas manusia (QS al-Haj/22:65), tiba-tiba mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS al-Takwin/81:6), seperti peristiwa tsunami yang selalu membayangi kepulauan kita. 

Kilat dan guntur tadinya menjalankan fungsi positifnya, melakukan proses nitrifikasi (nitrification process) untuk ke hi dupan makhluk biologis di bumi (QS al-Ra'd/13:12), tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-larva betina (telur hama) yang kemudian memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS al-Ra'd/13:12). 

Pemandangan seperti ini pun sudah semakin sering disaksikan di sekitar kita, terutama di negeri tropis seperti di negeri kita. Keunggulan lain ialah disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti hukum-hukum ekosistem (QS al-Ra'd/13:4) tiba-tiba tumbuh dan berkembang menyalahi keseimbangan dan pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia (QS al-A'raf/7:132). 

Kini kita semakin sulit memprediksi perilaku alam raya, seperti perubahan cuaca, siklus pasang surut, curah hujan, dan iklim. Kesemuanya sudah me nyalahi kebiasaannya. Semoga ini semua bukan bagian dari kemurkaannya melihat penyimpangan yang dilakukan anak manusia, ter utama pada akhir zaman ini.    

Banyak ayat dalam Alquran meng informasikan kepada kita bahwa bencana-bencana alam sering kali diawali dengan terjadinya penyimpangan perilaku manusia dalam masyarakat. Dengan kata lain, perilaku makrokosmos sering kali berbanding lurus dengan peri laku mikrokosmos. Sebagai contoh, umat Nabi Nuh yang keras kepala dan diwarnai berbagai kezaliman (QS al-Najm/53:52), dihancurkan dengan banjir besar (Q.S. Hud/ 11:40). 

photo
Banjir membuat krisis kemanusiaan di Yaman semakin parah. Ilustrasi. - (EPA)

Umat Nabi Syu'aib yang penuh dengan korupsi dan kecurangan (QS al-A'raf/7:85/Hud/11:84-85) dihancurkan dengan gempa yang menggelegar dan mematikan (QS Hud/11/94) dan masih banyak ayat lainnya. 

Contoh lain Nabi melihat umat Nabi Shaleh yang kufur dan dilanda hedonisme dan cinta dunia yang berlebihan (QS al-Syu'ara'/26:146- 149) dimusnahkan dengan keganasan virus yang mewabah dan gempa (QS Hud/11:67-68). 

Umat Nabi Luth yang dilanda kemaksiatan dan penyimpangan seksual (QS Hud/11:78- 79) dihancurkan dengan gempa bumi dahsyat (QS Hud/11:82). Penguasa Yaman, Raja Abraha, yang berambisi mengambil alih Ka'bah sebagai bagian dari ambisinya untuk memonopoli segala sumber ekonomi, juga dihancurkan dengan cara mengenaskan sebagaimana dilukiskan dalam surat al-Fil (QS al-Fil/105:1- 5).

Dengan menyadari fenomena alam yang semakin tidak bersahabat dengan kita, sudah barang tentu tidak bijaksana jika menyalahkan faktor "ketuaan" alam, atau menghubungkannya dengan tanda-tanda kecil ('alamt al-shugra) kedekatan hari kiamat.

Yang perlu dilakukan guna mengembalikan posisi alam semesta sebagai pendukung utama kekhilafahan manusia ialah meluruskan kembali jalan pikiran manuisia yang bengkok, melembutkan hati manusia yang kasar, dan membersihkan jiwa manusia yang kotor, serta mengarahkan kalbu yang kebingungan. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement