Sabtu 26 Sep 2020 12:40 WIB

Kebijakan Agresif Iran Buat Negara Arab Buka Pintu ke Israel

UEA menyebut kebijakan agresif Iran selama tiga dekade membuat khawatir negara Arab

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, kiri, Presiden Donald Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan bereaksi di Blue Room Balcony setelah menandatangani Abraham Accords selama upacara di South Lawn Gedung Putih, Selasa (15/9/2020), di Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, kiri, Presiden Donald Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan bereaksi di Blue Room Balcony setelah menandatangani Abraham Accords selama upacara di South Lawn Gedung Putih, Selasa (15/9/2020), di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan kebijakan agresif Iran selama tiga dekade telah membuat khawatir negara Arab. Karena itu, negara-negara Arab melihat normalisasi hubungan dengan Israel adalah sesuatu yang strategis.

"Satu-satunya hal yang ingin saya katakan adalah semakin strategis orang Israel melihat hubungan ini, semakin banyak pintu yang akan terbuka bagi mereka," ujar Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash.

Baca Juga

Gargash mengatakan tindakan Iran sangat berdampak di kawasan. Namun dia tidak mau berspekulasi apakah negara-negara Arab lainnya akan mengikuti jejak UEA dan Bahrain yang menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel.

"Jika mereka melihatnya sangat 'transaksional', saya pikir itu tidak akan mengirimkan pertanda baik untuk menormalisasi hubungan dengan banyak negara Arab," kata Gargash.

Gargash menyampaikan pesan kepada Israel agar dapat melihat normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab sebagai peluang jangka panjang. Israel harus membangun pola pikir secara strategis dan membuktikan kesalahan negara-negara yang mengatakan bahwa sistem politik Israel hanya berpikir secara taktis.

Gargash menambahkan, UEA dan Israel sedang merundingkan hubungan bilateral. UEA telah membuat kesepakatan dengan Israel terkait investasi, pajak berganda, pembebasan visa, dan layanan penerbangan.

Melihat kembali keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, Gargash menjelaskan pemerintah memutuskan hal itu secara strategis untuk kemajuan negara. Normalisasi ini akan membuat UEA memiliki peran lebih dalam kehadiran global.

"Dunia Arab dan kawasan tetap terpolarisasi. Saya ingin mengatakan, kita tidak kehilangan satu teman pun," kata Gargash.

Gargash menuding Turki telah mengambil keuntungan dari penderitaan rakyat Palestina. Dia mencatat 550 ribu orang Israel mengunjungi Turki pada tahun lalu. Mereka melakukan perdagangan sekitar 3 miliar dolar AS setiap tahun dan Turki memiliki kedutaan besar di Israel.

Gargash menegaskan UEA masih mendukung solusi dua negara dan menyerukan diakhirinya pendudukan Israel di atas tanah Palestina. Dia meyakini normalisasi hubungan antara UEA dan Bahrain dengan Israel akan membawa dinamisme baru terhadap situasi Israel-Palestina.

“Warga Palestina saat ini sedang marah, tapi saya pikir mereka akan melihat manfaatnya dalam jangka menengah,” kata Gargash.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement