Sabtu 26 Sep 2020 03:05 WIB

Qatar Tegaskan Dukungan Keadilan Bagi Palestina

Qatar menegaskan komitmennya untuk mendukung penyelesaian masalah Palestina yang adil

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bendera Qatar. Ilustrasi
Foto: Wikipedia
Bendera Qatar. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Muhammad bin Abdulrahman Al Thani bertemu dengan Sekretaris Komite Pusat Fatah, Jibril Rajoub untuk meninjau hubungan bilateral dan masalah kepentingan bersama lainnya. Dalam pertemuan yang digelar di Doha tersebut, Sheikh Al Thani menegaskan kembali komitmen negaranya untuk mendukung penyelesaian masalah Palestina yang adil.

"Qatar menyerukan penyelesaian yang adil atas masalah Palestina berdasarkan keputusan legitimasi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab dan atas dasar solusi dua negara dengan cara yang mencapai keamanan dan stabilitas di kawasan," ujar pernyataan Al Thani, dilansir Anadolu Agency, Jumat (25/9). 

Baca Juga

Al Thani menyambut baik terobosan dalam pembicaraan yang menegaskan kembali dukungan penuh Qatar untuk mencapai rekonsiliasi nasional. Pernyataan Qatar muncul setelah media Arab menerbitkan laporan yang dikaitkan dengan seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang berbicara tentang tanggapan Qatar terhadap normalisasi dengan Israel.

Dalam sebuah kolom opini di Bloomberg, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Lulwa Al-Khater menekankan bahwa negaranya tidak akan mengikuti langkah Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Al-Khater menegaskan, Qatar tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebelum Palestina menjadi negara yang merdeka. 

Pada 15 September, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel di Gedung Putih. Seremoni penandatanganan itu disaksikan langsung oleh Presiden Donald Trump.

Namun, para pemimpin Palestina mengutuk perjanjian tersebut dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Sementara itu, kelompok masyarakat sipil Bahrain mengkritik kesepakatan normalisasi dengan Israel. Menurut kelompok ini, normalisasi Israel semestinya dilakukan setelah Palestina mendapatkan kemerdekaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement