Sabtu 26 Sep 2020 01:05 WIB

Senator Republik Semprit Netflix Buat Serial TV China

Para Senator menyebut penulis China membela perlakuan pemerintah ke Uighur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Netflix
Foto: Netflix
Netflix

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lima senator partai Republik mendesak Netflix untuk mempertimbangkan kembali rencana mengadaptasi trilogi buku fiksi ilmiah China ke dalam serial televisi. Para senator tersebut mengatakan, penulis buku itu telah membela perlakuan pemerintah China terhadap Muslim Uighur. 

Buku The Three Body Problem dan dua sekuelnya ditulis oleh penulis China, Liu Cixin. Awal bulan ini, Netflix mengumumkan bahwa mereka akan mengadaptasi buku tersebut menjadi serial televisi berbahasa Inggris yang disutradarai oleh D B Weiss dan David Benioff. Sementara, Liu akan bertindak sebagai konsultan pada proyek tersebut.

Baca Juga

Dalam sebuah surat kepada Netflix, para senator memperlihatkan komentar Liu kepada majalah New Yorker pada 2019 tentang tindakan keras China terhadap etnis Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang. Para senator meminta Netflix secara serius mempertimbangkan kembali implikasi dari proyek pembuatan serial televisi tersebut.

"Pemerintah sedang membantu perekonomian mereka dan mencoba membantu mereka keluar dari kemiskinan. Jika Anda sedikit melonggarkan negara, konsekuensinya akan menakutkan," ujar Liu dalam sebuah komentar terkait Uighur dalam majalah New Yorker.

Dalam surat kepada Netflix, senator yang dipimpin oleh Marsha Blackburn dari Tennessee mengatakan keputusan perusahaan untuk mengadaptasi karya Liu sama dengan "normalisasi" dari "kejahatan" pemerintah China. Hingga berita ini diturunkan, Netflix belum memberikan komentar. 

"Dalam menghadapi kekejaman seperti itu di (Xinjiang), tidak ada lagi keputusan perusahaan yang berpuas diri, hanya keterlibatan," tulis para senator dalam suratnya. 

AS dan kelompok hak asasi manusia mengkritik perlakuan China terhadap Uighur. Kementerian luar negeri China telah berulang kali membantah keberadaan kamp interniran di Xinjiang. Mereka menyebut fasilitas tersebut sebagai lembaga kejuruan dan pendidikan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement