Kamis 24 Sep 2020 22:04 WIB

Dinkes Jakarta: 26 RS Swasta Ikut Tangani Pasien Covid-19

Dinkes Jakarta mengatakan 26 rumah sakit swasta akan ikut menanggani pasien Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti.
Foto: Dok Dinkes DKI
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, sebanyak 26 fasilitas kesehatan swasta akan bergabung untuk menangani pasien Covid-19 di Jakarta. Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan 67 rumah sakit (RS) khusus untuk menangani Covid-19 kemudian ditambah dengan 13 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

"Kami menambah 26 rumah sakit swasta yang juga telah berkomitmen bergabung untuk memberikan layanan untuk pasien Covid-19," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Prosedur Isolasi OTG Covid-19, Mudah atau Sulitkah?, Kamis (24/9).

Baca Juga

Kini, dia menambahkan, surat keputusan (SK) Gubernur penetapan 26 RS non-pemerintah ini masih dalam proses. Lebih lanjut ia menjelaskan, penambahan RS khusus Covid-19 ini bukan karena pihaknya menginginkan semakin banyak yang positif Covid-19 melainkan menjadi upaya mitigasi berdasarkan proyeksi kasus. 

Widyastuti mengakui, Jakarta belum aman dan jangan sampai kapasitas RS khusus rujukan pasien Covid-19 yang telah disediakan penuh terisi. Ia menyebutkan Pemerintah Daerah Jakarta telah menetapkan 67 rumah sakit untuk rujukan pelayanan Covid-19 dan persentase keterisian mencapai 77 hingga 83 persen yaitu di ruangan ICU dan isolasi pasien sedang, berat, dan kritis. 

Tak hanya itu, ia menyebutkan pemerintah Jakarta mengembangkan 13 RSUD di ibu kota sebagai RS yang khusus menerima rujukan pasien Covid-19. Terkait apakah rumah sakit yang telah disediakan bisa memenuhi kebutuhan, Widya mengakui proyeksi DKI Jakarta sebenarnya tidak bisa memenuhinya.

"Terutama jika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak diterapkan," katanya.

Karena itu, pihaknya juga mengaku telah melakukan kampanye intervensi masyarakat melakukan gerakan 3M yaitu memakai masker dengan benar, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan dengan sabun. Selain itu, jangan keluar rumah jika tidak ada keperluan penting atau krusial untuk membatasi pergerakan. Terlebih, dia melanjutkan, separuh kasus aktif DKI Jakarta adalah tanpa gejala, artinya orang yang tidak menunjukkan tanda-tanda sakit namun membawa virus kemudian menularkannya ke yang lain. 

"50 persen kasus aktif di Jakarta adalah pasien tanpa gejala, kemudian gejala ringan sekitar 15 persen, sedang 20 persen, dan berat 13 persen," katanya.

Sebelumnya, angka penambahan kasus positif Covid-19 secara harian kembali mencetak rekor. Pemerintah merilis ada tambahan 4.634 kasus baru dalam 24 jam terakhir per Kamis (24/9). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia pada awal Maret lalu. Dari penambahan kasus hari ini, DKI Jakarta tetap menduduki posisi pertama sebagai provinsi yang menyumbang kasus harian tertinggi yakni 1.044 kasus baru. Jawa Barat menyusul di posisi kedua dengan 804 kasus baru, kemudian Jawa Tengah dengan 434 kasus baru. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement