Kamis 24 Sep 2020 19:00 WIB

RNI: Harga Alkes Kini Relatif Stabil

Harga bahan baku di negara asal sudah stabil karena tingginya pasokan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Seorang tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap melakukan tes usap (swab test) COVID-19 (ilustrasi). Pasokan alat kesehatan (alkes) seperti masker, APD, hingga ventilator di dalam negeri saat ini relatif lancar.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap melakukan tes usap (swab test) COVID-19 (ilustrasi). Pasokan alat kesehatan (alkes) seperti masker, APD, hingga ventilator di dalam negeri saat ini relatif lancar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI Febriyanto mengatakan pasokan alat kesehatan (alkes) seperti masker, APD, hingga ventilator saat ini relatif lancar. Berbeda dengan saat awal-awal pandemi yang mana hampir seluruh negara mencari alkes.

"Pada saat awal pandemi terjadi memang harga alkes itu tidak wajar, itu memang hukum ekonomi, supply dan demand, pada saat barang terbatas sementara demand tinggi, harga pasti naik," ujar Febriyanto saat Ngopi BUMN bertajuk "BUMN Bahu-Membahu Atasi Covid-19" di Jakarta, Kamis (23/9).

Baca Juga

Febriyanto menyebut saat ini harga alkes relatif stabil mengingat harga bahan baku di negara asal sudah stabil karena tingginya pasokan. Selain itu, perusahaan juga tengah melakukan proses produksi dalam negeri sehingga membuat harga lebih kompetitif.

Febriyanto menyampaikan, melalui anak usaha, PT Mitra Rajawali Banjaran menggandeng PT Industri Sandang Nusantata (Perseo) memproduksi masker medis dengan merek Skifa. Ia menyebut kapasitas produksi Mitra Rajawali Banjaran mampu mencapai 3,6 juta pcs per bulan.

"Mudah-mudahan ini akan lebih murah 30-40 persen dari masker sejenis, kita tinggal tunggu izin edar. Mudah-mudahan seminggu ini Kemenkes turun dan kita akan distribusi," ucapnya.

Pun dengan ventilator lokal yakni ventilator portabel. Mitra Rajawali Nusantara bekerja sama dengan PT Rekacipta Inovasi ITB sudah mulai produksi ventilator dengan kapasitas 100 unit per bulan. Febriyanto menilai harga jual ventilator lokal ini jauh lebih murah yakni hanya sekira Rp 25 juta dibandingkan ventilator lain yang mencapai Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar per unit. Febriyanto menilai harga jual yang jauh lebih murah tak lepas dari penggunaan bahan baku lokal yang telah diuji coba ITB dan PTDI sehingga kualitasnya tetap terjaga.

"Untuk produk ventilator, sekarang kita sudah produksi dan komersialkan, sebagian sudah diserap user rumah sakit," kata Febriyanto menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement