Kamis 24 Sep 2020 18:04 WIB

Aksi Berlutut Dinilai Sudah tak Efektif

Sikap solidaritas diklaim tidak menghasilkan dampak nyata.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Yussuf Poulsen dari Denmark dan para pemain dari tim Inggris berlutut di hadapan pertandingan sepak bola UEFA Nations League antara Denmark dan Inggris di Parken Stadium di Kopenhagen, Denmark, 08 September 2020.
Foto: EPA-EFE/Liselotte Sabroe
Yussuf Poulsen dari Denmark dan para pemain dari tim Inggris berlutut di hadapan pertandingan sepak bola UEFA Nations League antara Denmark dan Inggris di Parken Stadium di Kopenhagen, Denmark, 08 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Anggota eksekutif Asosiasi Pesepak bola Profesional Inggris (PFA), Jason Lee menganggap gestur berlutut sebelum bertanding sudah tidak relevan lagi. Menurutnya, aksi itu sudah melenceng dari makna dan terkesan mengemis keadilan. 

Jason meminta seluruh pihak untuk berfokus pada lingkup yang lebih besar dengan mendukung kulit hitam, keturunan Asia, dan etnis minoritas atau yang disebut dengan 'BAME' melalui sepak bola. 

Beberapa bulan terakhir, pesepak bola di dunia melakukan aksi berlutut untuk mendukung gerakan 'Black Lives Matter' (BLM) sebagai tanda duka cita terhadap kematian warga AS, George Floyd yang dibunuh polisi setempat. 

Direktur Queen's Park Rangers, Les Ferdinand sebelumnya juga mengatakan aksi berlutut sudah tidak sesuai dengan keadaan saat ini. 

"Ini bagus ketika melihat para pemain berlutut. Pesannya kuat. Tapi saya pikir Les (Ferdinand) mengungkapkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya," kata Jason seperti dilansir Sky Sports, Kamis (24/9). 

"Apakah ada perubahan? Orang-orang mempertanyakan ini. Menurut saya, perubahan adalah sesuatu yang bisa terlihat. Misalnya, jika ada kelompok 'BAME' yang berperan sebagai pemain, pelatih, pejabat, atau orang-orang di media massa yang bisa kita idolakan, itulah perubahan," ujarnya. 

Ia menyayangkan sikap solidaritas tidak menghasilkan dampak nyata terhadap perbaikan dalam isu-isu SARA di dalam dunia sepak bola. 

"Padahal mudah untuk menghormati orang lain, berilah kesempatan. Berlutut adalah aksi yang bagus, tapi jika tidak terlihat seperti mengemis, apa namanya ini?" kata dia. 

Pada Juli lalu, Kepala Eksekutif Asosiasi Pelatih Sepakbola Inggris (LMA), Richard Bevan menyatakan dirinya fokus dalam rencana peningkatan jumlah juru taktik dari kaum minoritas. 

Saat ini, ada 35 pelatih minoritas yang sudah mendapat lisensi profesional. Dukungan disampaikan juru taktik timnas Inggris, Gareth Southgate. 

"Ada skema yang sedang berjalan. Tapi saya masih berpikir ini belum optimal. Harus ada perubahan yang signifikan," katanya. 

Di satu sisi, Southgate menilai sudah mulai ada perbaikan terhadap kaum minoritas untuk mendapat kesempatan yang setara. Ia juga sudah melihat beberapa pelatih kulit hitam dan etnis Asia yang melatih sepakbola di Inggris. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement