Kamis 24 Sep 2020 10:00 WIB

Nasihat Bahlul untuk Khalifah Harun Ar Rasyid Saat Naik Haji

Nasihat Bahlul untuk Khalifah Harun Ar Rasyid Saat Naik Haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Nasihat Bahlul untuk Khalifah Harun Ar Rasyid Saat Naik Haji. Foto ilustrasi: Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Foto: d-scene.blogspot.com
Nasihat Bahlul untuk Khalifah Harun Ar Rasyid Saat Naik Haji. Foto ilustrasi: Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ketika Khalifah Harun ar-Rasyid sedang dalam suatu perjalanan haji, ia berhenti beberapa hari di Kufah. Pada saat keberangkatannya dari Kufah, banyak orang berkumpul di pinggir kota untuk melihat iring-iringan khalifah naik haji.

Di antara mereka ada seorang ahli zuhud terkenal yakni Bahlul rah.a. (Dipanggil  Bahlul karena orang mengganggapnya gila) duduk di atas sebuah gundukan di luar kota. Anak-anak biasa berkumpul menggoda Bahlul rah.a. untuk mengejek dan melempar batu ke arahnya. 

Baca Juga

Ketika khalifah lewat di hadapannya anak-anak tersebut lari, tetapi Bahlul malah lantang memanggil-manggil Amirul Mukminin. "Hai Amirul Mukminin Amirul Mukminin!" teriak Bahlul.

Mendengar seruan itu, Harun ar-Rasyid menaikan tirai hewan kendaraannya lalu melihat keluar dan berkata, "Labbaik, wahai Bahlul, apa yang kau inginkan?"

Bahlul rah.a. berkata, "Amirul Mukminin, ada seseorang yang menceritakan kepadaku dari Qudamah rah.a. bahwa ia melihat Rasulullah SAW pergi berhaji di Mina dengan mengendarai seekor unta dengan pelana sederhana di atas punggungnya, tanpa menghalau orang-orang atau menyingkirkannya ke tepi jalan, dan tanpa berkata, awas menepilah, Rasulullah SAW saw akan lewat. Wahai Amirul Mukminin, akan lebih baik bagimu jika engkau juga berkendaraan dengan rendah hati, bukannya dengan keangkuhan."

Mendengar perkataan tersebut, Harun ar-Rasyid menangis sambil berkata. "Nasihatilah aku lebih banyak wahai Bahlul, semoga Allah memberkahimu."

Kemudian Bahlul rah. a.membaca sebuah syair:

"Benar, engkau adalah seorang raja penguasa dunia. Semua orang tunduk dan patuh kepadamu, bagaimana esok engkau akan dibaringkan di kubur sebagai rumahmu. Dan dari segala arah orang-orang akan melempar debu ke tubuhmu menutupimu."

Khalifah menangis keras setelah mendengarnya sambil berkata, "Bahlul nasihati lagi,"

Bahlul berkata, "Amirul Mukminin, Jika Allah SWT. mengaruniakan kemakmuran dan kehidupan jasmani kepada seseorang, lalu ia menggunakan hartanya dijalan Allah SWT., dan melindungi kecantikannya dari dosa, maka namanya akan dicatat dalam daftar Allah SWT. sebagai golongan orang-orang yang shalih."

Harun al-Rasyid berkata, "Engkau telah menasehatiku dengan baik. Engkau patut mendapat hadiah."

Bahlul rah.a berkata. "Kembalikanlah hadiah itu kepada mereka yang telah membayar pajak kepadamu, aku tidak menginginkan hadiah apapun darimu."

Harun ar-Rasyid bertanya seandainya ia berutang kepada orang lain, maka ia akan membayarnya melalui Bahlul. Bahlul menjawab. "Wahai Amirul Mukminin utang tidak dapat menyelesaikan hutang (uang miliknya juga merupakan amanah kaum muslimin. Dengan demikian, hal itu merupakan utangnya kepada mereka). Pertama, bayarlah terlebih dahulu Apa yang menjadi kewajibanmu kepada masyarakat, kemudian baru dipikirkan untuk orang lain."

Khalifah bertanya dapatkah aku menetapkan tunjangan untukmu, untuk memenuhi segala kebutuhanmu?"

Bahlul rah.a. berkata, "Kita berdua adalah hamba Allah, aneh jila ia memenuhi segala keperluanmu, tetapi tidak memenuhi keperluanku."

Kemudian Harun ar-Rasyid menurunkan tirai dan melanjutkan perjalana. Banyak yang mengetahui, jika Harun ar-Rasyid mendapat suatu nasihat, maka ia sering menangis.

Pada suatu hari Ia melakukan suatu perjalanan haji. Ia telah berjumpa dengan Saadun (si gila).Sa'adun membaca syair.

"Walaupun engkau menjadikan sebagai raja penguasa dunia engkau tidak akan dapat lari dari kematian untuk para musuhmu (kuffar) walaupun hari ini wajahmu tersenyum besok, engkau pasti akan bersedih."

Mendengar syair ini, Harun ar-Rasyid terguncang, menangis berderai air mata hingga jatuh pingsan sampai-sampai ia tidak dapat menunaikan tiga salat fardhu tepat pada waktunya.  

Harun ar-Rasyid mempunyai cincin stempel yang bertuliskan araba yang artinya. "Segala kekuasaan dan kebesarannya hanya milik Allah."

Hal ini kata Maulana Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi menunjukkan pandangannya terhadap keagungan dari kekuasaan Allah yang tiada batas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement