Rabu 23 Sep 2020 17:46 WIB

Ekonom: Pasar Keuangan Sudah Antisipasi Resesi

Pasar keuangan tidak terlalu kaget dengan kemungkinan resesi pada kuartal III.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah penumpang saat akan menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (19/9). Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, revisi proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk pada tahun ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar keuangan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah penumpang saat akan menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (19/9). Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, revisi proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk pada tahun ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar keuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, revisi proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk pada tahun ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar keuangan. Sebab, pasar sudah melakukan antisipasi sejak ekonomi pada kuartal kedua mengalami kontraksi yang dalam.

Piter menyebutkan, pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 berada pada zona negatif hanya berupa penegasan terhadap prediksi para analis. Prediksi resesi pada kuartal kedua dan ketiga pun sudah dapat dilihat sejak jauh-jauh hari.

Baca Juga

"Oleh karena itu, pasar (keuangan) sudah tidak kaget lagi dengan kemungkinan ataupun kepastian resesi. Jadi, dampaknya akan minimal," ucapnya, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (23/9).

Dalam konferensi pers virtual, Selasa (22/9), Sri memproyeksikan, ekonomi Indonesia tumbuh minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen sepanjang 2020. Prediksi ini lebih buruk dibandingkan proyeksi sebelumnya, di mana pemerintah memperkirakan ekonomi 2020 tumbuh negatif 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

Khusus untuk kuartal ketiga, Sri mengungkapkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi kontraksi 2,9 persen hingga minus satu persen. Artinya, Indonesia akan masuk ke jurang resesi mengingat pertumbuhan pada kuartal kedua sudah minus 5,32 persen.

Piter menjelaskan, kontraksi pada kuartal ketiga sudah diyakini, bahkan sebelum adanya pengetatan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). "Saya pun sejak beberapa minggu lalu sudah menyebutkan, kuartal ketiga negatif di kisaran tiga persen, yang artinya pasti akan resesi," tuturnya.

Beberapa hari ini, Piter menyebutkan, pasar keuangan memang kembali mengalami penurunan. Tapi, tren ini lebih disebabkan oleh ketidakpastian terkait penyelesaian wabah. Pasar semakin tidak yakin, wabah virus corona dapat berakhir dengan cepat, tidak terkecuali di Indonesia.

Dengan masih terjadinya pandemi Covid-19, perekonomian diperkirakan terus mengalami tekanan. "Kuartal keempat, perekonomian masih akan terkontraksi atau tumbuh negatif," kata Piter.

Tapi, Piter menekankan, resesi hanya sebuah stempel untuk kondisi yang sudah dijalani selama dua kuartal atau enam bulan terakhir. Resesi bukan awal dari periode yang akan berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak terlalu cemas maupun panik dan terus menjalani aktivitas seperti biasa.

Antisipasi tetap harus dilakukan. Piter memberikan contoh, masyarakat dengan penghasilan pas-pasan, dapat menekan konsumsi atau jangan boros. Menabung juga harus terus dilakukan untuk berjaga-jaga di kemudian hari.

Piter mengakui, pengetatan PSBB beberapa pekan terakhir berpotensi menekan perekonomian. Beberapa indikator ekonomi yang sudah sempat mengalami perbaikan, akan kembali menurun. "Kita berharap, titik terendah tetap di kuartal dua kemarin dan tidak akan terjadi penurunan lebih dalam lagi," ucapnya.

Piter menambahkan, pemerintah kini harus fokus dalam menenangkan masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang meyakinkan. Langkah yang harus diutamakan adalah bagaimana menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran virus corona lebih luas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement