Rabu 23 Sep 2020 09:34 WIB

Studi: Alat Pemindaian Strok Bisa Bantu Diagnosis Covid-19

Keterbatasan uji RT-PCR disebut dapat diatasi dengan alat pemindaian untuk strok.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Scan otak untuk mengetahui kerusakan akibat strok. Alat pemindaian ini juga dapat mendeteksi Covid-19, menurut penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Neuroradiology.
Foto: .
Scan otak untuk mengetahui kerusakan akibat strok. Alat pemindaian ini juga dapat mendeteksi Covid-19, menurut penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Neuroradiology.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru dari King’s College London, Inggris menemukan bahwa infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dapat didiagnosis dengan alat pemindaian darurat yang biasa dipakai untuk memeriksa strok. Para peneliti dari School of Biomedical Engineering & Imaging Sciences menyatakan bahwa temuan mereka memiliki implikasi penting untuk manajemen pasien yang diduga menderita strok melalui identifikasi awal Covid-19.

Disebutkan bahwa pemindaian darurat menangkap gambar bagian atas paru-paru pasien, di mana bulu halus atau dikenal sebagai ground glass opacification memungkinkan penyakit infeksi virus corona jenis baru ini terdiagnosis. Dalam studi, sebanyak 225 pasien dari tiga Unit Stroke Hyper-Acute London dilibatkan untuk diperiksa. Pemindaian strok darurat terdiri dari computed tomography (CT) scan terhadap pembuluh darah kepala dan leher.

Baca Juga

Booth menjelaskan bahwa ketika tim melihat perubahan di bagian atas paru-paru selama pemindaian darurat, mereka dapat mendiagnosis Covid-19 secara akurat. Lebih dari itu, dia mengatakan bahwa perubahan juga dapat memprediksi peningkatan kematian yang terjadi akibat penyakit.

“Ini sangat relevan mengingat keterbatasan pengujian RT-PCR SARS-CoV-2 yang tersedia saat ini karena diperlukan waktu untuk menyelesaikan pengujian dan terkadang tidak akurat,” ujar Tom Booth, penulis utama studi, sekaligus konsultan radiologi di  Rumah Sakit King's College, dilansir Health 24, Rabu (23/9).

Booth mengatakan data dalam penelitian menunjukkan informasi prognostik, mengingat peningkatan mortalitas pada mereka yang mengalami perubahan paru-paru yang ditunjukkan dalam kelompok pasien yang diperiksa. Mengingat perubahannya mudah dipahami, temuan dalam studi juga berguna bagi ahli radiologi dan dokter lain untuk melihatnya.

“Ini adalah 'informasi gratis' dari pemindaian yang ditujukan untuk tujuan lain, namun sangat berharga,” jelas Booth mengenai temuan yang dipublikasikan di American Journal of Neuroradiology tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement