Selasa 22 Sep 2020 19:05 WIB

Penutupan Puskesmas Wirobrajan Yogya Diperpanjang

Penutupan diperpanjang karena semua pegawai kontak erat dengan positif Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Puskesmas Wirobrajan ditutup sementara di Yogyakarta, Ahad (20/9).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Puskesmas Wirobrajan ditutup sementara di Yogyakarta, Ahad (20/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memutuskan untuk memperpanjang penutupan operasional Puskesmas Wirobrajan menyusul hasil penelusuran terhadap temuan kasus positif Covid-19 di puskesmas tersebut.

“Penutupan dilakukan sampai Kamis (24/9). Harapannya, bisa dibuka kembali mulai Jumat (25/9),” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Ariyani di Yogyakarta, Selasa.

Baca Juga

Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta seharusnya dibuka kembali pada Selasa (22/9) setelah ditutup sejak Sabtu (19/8) usai delapan petugas medis di puskesmas tersebut terkonfirmasi positif Covid-19. Berdasarkan hasil penelusuran, lanjut Emma, diketahui seluruh pegawai di puskesmas tersebut memiliki kontak erat dengan delapan pegawai yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19.

Karena itu, dilakukan uji swab untuk seluruh tenaga medis dan pegawai lain di puskesmas tersebut pada Selasa (22/9). “Tentu saja kami berharap hasil uji usap untuk pegawai lain ini menunjukkan hasil negatif. Jika demikian, maka puskesmas bisa dibuka kembali pada Jumat,” katanya.

Namun jika diketahui terdapat tambahan tenaga kesehatan atau pegawai di puskesmas yang dinyatakan positif, maka harus menjalani isolasi dan bekerja dari rumah. “Untuk delapan tenaga kesehatan dan pegawai yang sudah terlebih dulu terkonfirmasi positif, kondisi mereka semuanya baik dan tidak menunjukkan gejala apapun,” jelas Emma.

Sementara untuk Puskesmas Gedongtengen, katanya, sudah bisa membuka layanan pada Selasa (22/9). Akan tetapi layanan dilakukan terbatas karena hanya tersisa satu dokter yang bisa memberikan pelayanan kesehatan.

Emma menengarai potensi paparan di puskesmas cukup tinggi karena saat ini banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala apa pun. “Kita tidak tahu siapa saja yang positif sampai menjalani tes swab,” katanya.

Meskipun demikian, ia menyebut seluruh tenaga kesehatan di puskesmas sudah menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan menjalankan protokol kesehatan. “Mungkin ada beberapa yang masih dilewatkan. Misalnya saat makan bersama-sama. Tentu mereka melepas masker dan mengobrol. Ini yang terkadang berpotensi terjadi paparan,” ujar Emma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement